Lihat ke Halaman Asli

el lazuardi daim

TERVERIFIKASI

Menulis buku SULUH DAMAR

Seberkah Cahaya yang Menerangi Dunia Gelap Wage

Diperbarui: 31 Mei 2024   05:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Seberkah Cahaya. Foto: tangkapan layar  youtube Paniradya Kaistimewan


"Hidup adalah perjuangan menggapai seberkas cahaya yang telah dijanjikan Tuhan"

Kegelapan itu bukanlah sesuatu yang abadi. Karena Tuhan juga menciptakan cahaya. Ya, berkat cahaya, dunia yang semula gelap pun berubah menjadi terang, seperti halnya kisah Wage dalam film pendek berjudul "Seberkah Cahaya".

Wage, demikian nama pemuda itu. Seorang pemuda yang menjalani hari-harinya sebagai pengangguran di kota Yogyakarta.

Bagi Wage, dunia ini tak lebih dari sebuah kegelapan. Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, karena tak sekolah dan tak punya pengalaman kerja, dirinya harus menerima nasib sebagai seorang pengangguran dan  hidup menggelandang di jalanan.

Ya, hidup Wage seperti tak punya arah tujuan dan hanya berharap belas kasihan orang-orang.

Namun Tuhan maha penyayang kepada hambanya. Wage kemudian dipertemukannya dengan Bu Tinuk dan Laras. Dua orang baik yang berperan besar merubah jalan hidupnya.

Sore itu menjelang datangnya waktu berbuka puasa di bulan Ramadan, Wage memberanikan diri datang ke warung Bu Tinuk untuk meminta sesuap nasi. Bu Tinuk, sang pemilik kedai Sejoli yang terkenal galak namun baik hati itu, dengan senang hati mempersilakan Wage untuk makan di warungnya. Dan seporsi nasi dengan lauk ayam goreng, tahu dan perkedel pun dihidangkan Laras, karyawan kesayangan Bu Tinuk, untuk Wage.

Wage pun makan dengan lahapnya dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada Bu Tinuk. Namun bagi Bu Tinuk, ucapan terima kasih saja tidak cukup. Bu Tinuk meminta Wage mencuci piring makannya dan piring kotor lainnya di dapur. Dan Wage pun menyanggupinya meski merasa sedikit terpaksa.

Skenario Tuhan sejatinya tak pernah salah. Hanya, manusia sering tak memahaminya. Seperti halnya juga Wage yang tak paham bahwa perjumpaannya dengan Bu Tinuk hari itu merupakan cara Tuhan membukakan jalan baginya menuju cahaya terang.

Ya, Tuhan telah mengirimkan Bu Tinuk untuk menuntun Wage melewati jalan menuju kebaikan. Jalan yang akan merubah nasib Wage agar tak hidup menggelandang lagi. Namun Wage tak kunjung menyadarinya.

Suara keras Bu Tinuk yang memarahinya karena datang terlambat keesokan harinya serta perintah mengambil barang belanjaan menimbulkan perasaan kurang nyaman bagi Wage. Padahal dirinya dijanjikan bakal makan gratis sebagai imbalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline