Lihat ke Halaman Asli

el lazuardi daim

TERVERIFIKASI

Menulis buku SULUH DAMAR

Cerita M Satir, Kisah Keagungan Cinta Seorang Sopir

Diperbarui: 21 April 2024   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

M Satir, sopir bus Borlindo yang mengajak penumpangnya makan bersama saat Lebaran. Foto : Darsil Yahya M/ kompas.com

Cinta itu sesuatu yang agung. Karena cinta menawarkan kebaikan, keramahan, kebersamaan dan kehangatan.

Ramadan mengajarkan kita tentang cinta. Tentang rasa peduli dengan sesama. Kisah M Satir, seorang sopir bus di Sulawesi mengajarkan kita banyak hal tentang cinta.

Cinta, kata yang satu ini sering kita dengar, kita ucapkan dan juga kita rasakan dalam kehidupan. Sebuah kata yang punya tempat istimewa dan menjadi dambaan setiap insan.

Cinta sering diartikan sebagai sebuah perasaan saling menghargai dan mengasihi dengan sesama. Sebuah perasaan yang melibatkan rasa hati untuk membentuk ikatan emosional dengan orang lain.

Dalam arti lain, cinta juga sering diartikan sebagai sebuah romantisme. Tapi sejatinya lebih dari pada itu. Karena cinta juga mencakup keinginan hati untuk saling memberi dan berbagi dengan orang lain.

Tepat pada hari Lebaran lalu, seorang M Satir, sopir bantu bus Borlindo jurusan Palu-Makasar mengajak 30 orang penumpangnya untuk singgah dan makan bersama di rumah mertuanya di Wonomulyo  Polewali Mandar. Sebuah kejutan istimewa tentunya bagi para penumpangnya yang masih dalam perjalanan ke kampung halaman.

Ya, menyadari para penumpangnya mulai kelelahan dan diserang rasa lapar dalam perjalanan panjang sehari semalam dari Palu menuju Makasar, Pak Satir memutuskan mengajak para penumpangnya untuk makan bersama di rumah mertuanya.

Tak adanya warung makan yang buka di hari pertama Lebaran membuatnya makin mantap dengan keputusannya tersebut. Maka pada saat malam takbiran, Pak Satir pun memberi tahu istrinya untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk menjamu para penumpangnya ini.

Tak ada tendensi apa-apa, apalagi niat membuat sensasi dari rencananya tersebut. Semua didasari rasa tanggung jawabnya, keinginannya untuk berbagi serta dorongan untuk memberi kebahagiaan bagi banyak orang.

Dan tepat di hari pertama Idul Fitri, Pak Satir pun tanpa ragu mengarahkan busnya  menuju rumah mertuanya. Mempersilakan para penumpangnya untuk masuk rumah dan mengajak mereka berlebaran, menikmati aneka hidangan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Luar biasa memang. Pak Satir telah mengerjakan sebuah hal yang luar biasa. Hal yang istimewa dan tak terpikirkan oleh banyak orang.

Kenapa bisa begitu ?

Yang jelas, rasa cinta telah mendorong Pak Satir tak ragu untuk melakukan yang terbaik bagi para penumpangnya. Pak Satir faham sangat bahwa konsep cinta itu sejatinya adalah kerelaan untuk berbagi. Saling mendukung dalam berbagai situasi.

Ya, kisah Pak Satir telah mengajarkan kita banyak hal akan sebuah kata cinta. Bahwa cinta itu tak hanya tentang romantisme hubungan diantara sepasang kekasih. Tapi lebih kepada dorongan hati untuk banyak berbagi. Menebar jaring'-jaring kebaikan sepanjang hari.

Tak hanya itu, Pak Satir juga telah memberi teladan kepada kita tentang bagaimana menjadi manusia yang dicintai Allah. Yakni menjadi manusia yang bermanfaat dan menebar kebahagiaan bagi banyak orang.

Kisah Pak Satir adalah sebuah inspirasi. Bahwa tak ada yang istimewa selain keikhlasan untuk berbagi dengan rasa tulus hati.

(EL)
Bukittinggi, 20042024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline