Lihat ke Halaman Asli

el lazuardi daim

TERVERIFIKASI

Menulis buku SULUH DAMAR

Bangku Kereta dan Dua Wajah Manusia

Diperbarui: 15 Oktober 2022   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana kereta api kelas ekonomi. Foto; Muhlis Al Alawi/kompas.com

Kalau saja bangku-bangku kereta api itu bisa bicara pasti dia akan sering bercerita. Tentang manusia-manusia yang silih berganti mendudukinya.

Tak seperti bangku kereta yang punya rupa dan bentuk yang sama, wajah-wajah orang yang mendudukinya tak persis sama. Secara sederhana dapat kita kelompokkan menjadi dua. Wajah penuh keramahan dan wajah dengan keangkuhan.

Memandang wajah penuh keramahan itu seperti memandang bangku kereta yang masih baru. Tampak bersih, bersinar dan warnanya tajam. Siapapun akan tertarik dan ingin segera mendudukinya.

Ya, begitulah wajah  yang penuh keramahan. Wajah yang seperti ini memancarkan aura kasih sayang, kepedulian pada sesama, salam persahabatan dan ajakan menjalin hubungan yang baik.

Berbicara tentang wajah penuh keramahan ini membangkitkan kembali ingatan penulis akan kenangan saat naik kereta api pulang pergi Jakarta-Yogyakarta. Ya, penulis sering bertemu mereka bersama bangku-bangku kereta api kelas ekonomi yang mengantarkan para penumpangnya dalam perjalanan sejauh 562 km itu.

" Duduk disini saja, Mas !" ujar mereka pada penulis pada suatu malam diatas kereta api Progo saat mereka melihat penulis masih berdiri sementara para penumpang lainnya sudah duduk di bangku mereka masing-masing.

Tiga orang pria segera beringsut merapatkan posisi duduk mereka untuk memberikan tempat bagi penulis agar juga bisa duduk. Mereka sudah paham bahwa penulis waktu itu membeli tiket tanpa tempat duduk yang resikonya ya gak dapat tempat duduk.

Biasanya penumpang-penumpang seperti penulis ini menggelar koran agar bisa duduk di selasar di tengah-tengah gerbong atau dimana saja tempat kosong yang bisa digelari koran.

Suasana seperti ini banyak dijumpai waktu itu. Bangku kereta yang seharusnya untuk tiga orang ditempati empat orang. Para penumpang yang punya tiket tempat duduk dengan senang hati berbagi bangku untuk mereka yang tak kebagian tempat duduk.

Mereka berbagi dengan senang hati, ikhlas dari lubuk hati yang paling dalam. Tak ada embel-embel atau tendensi apapun. Mereka hanya ingin berbagi kebahagiaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline