Baru dua pekan tanpa kehadiran Sadio Mane dalam barisan skuad Liverpool. Kerinduan pada Mane mulai terasa.
Setelah lima tahun, Sadio Mane mengakhiri pengabdiannya bersama Liverpool. Pemain timnas Senegal itu menerima pinangan Bayern Munchen dengan kontrak tiga tahun. Kepergian Mane merupakan kehilangan besar bagi Liverpool.
Mane menjadi bagian penting dari kesuksesan Liverpool beberapa musim belakangan ini. Bersama dua kompatriotnya Mohamed Salah dan Roberto Firmino, mereka berhasil mengangkat Liverpool kembali berada di jejeran tim elit Inggris dan Eropa.
Puasa gelar yang selama ini mereka alami berhasil diakhiri. Dan piala demi piala terus mereka mereka hadiahkan buat Liverpool tiap musimnya. Total enam piala sudah dipersembahkan Mane, baik di tingkat lokal maupun regional.
Kemampuannya yang bisa bermain di berbagai posisi membuat mantan pemain Southampton ini menjadi pilihan utama pelatih Liverpool, Jurgen Klopp. Mane bisa bermain sebagai sayap kiri atau sayap kanan. Atau juga bisa berperan sebagai penyerang tengah. Namun posisi aslinya adalah sayap kiri.
Sadio Mane di kiri, Firmino di tengah dan Salah di kanan, demikian formasi penyerangan yang biasa dipasang pelatih Klopp. Sesekali Mane juga digeser ke kanan mengisi posisi Salah.
Namun sejak kedatangan Luis Diaz dari Porto dan kurang fitnya Firmino, posisi Mane digeser lagi ke tengah sebagai penyerang utama. Dan Mane sanggup menjalankan semua itu.
Musim ini seiring dengan rencana kepindahan Mane, pelatih Klopp mengantisipasinya dengan mendatangkan Darwin Nunez, pemain yang sebelumnya sukses bersama Benfica.
Tugas berat menanti pemain Uruguay ini. Meski menempati pos yang tak persis sama dengan Mane dimana Nunez lebih sering berperan sebagai pencetak gol, kehadiran Nunez dituntut menjaga barisan depan Liverpool tetap tajam.
Tugas yang memaksa Nunez untuk cepat beradaptasi dengan skema permainan Liverpool dan juga iklim persepakbolaan Inggris tentunya.