" Waduh, belanja seratus ribu cuma dapat lombok sama bawang merah. Itupun gak dapat satu kilo !"
Percaya atau tidak, saat ini kita sedang menghadapi inflasi. Kondisi dimana nilai uang terus merosot
Sabtu pagi Bang El berkunjung ke pasar Condong Catur, Yogyakarta. Ditengah hiruk pikuk pasar pagi itu, seorang pembeli bergumam, " Waduh, belanja seratus ribu kok cuma dapat lombok sama bawang merah. Itupun gak dapat satu kilo !"
Ada apa gerangan ? Ada apa dengan harga-harga di pasar ? Apakah lagi meroket ? Dari pada penasaran, Bang El menanyakan langsung pada seorang pedagang berapa harga sayur mayur terkini.
Ternyata benar. Harga barang lagi meroket. Satu kilo cabe rawit merah dihargai 80 ribu, sebelumnya sempat menyentuh angka 95 ribu. Barang lainnya seperti cabe keriting 70 ribu per kg dan bawang merah 60 ribu per kg. Ketiga barang diatas mengalami kenaikan paling banyak. Pantasan dengan uang seratus ribu baru dapat dua macam belanjaan saja.
Begitulah kondisi riil saat ini. Nilai uang yang besar seolah tak berarti. Uang seratus ribu hanya cukup untuk pembeli lombok dan bawang merah saja. Padahal barang yang kita butuhkan masih banyak.
Ya, harga-harga kebutuhan pokok melonjak tajam akhir-akhir ini. Kenaikan tak hanya terjadi pada satu dua barang saja, tapi hampir semuanya. Sayuran, sembako, serta daging dan telur semua kompak naik.
Harga barang-barang keluaran pabrik jangan tanya lagi. Sudah naik duluan sebelum ada kenaikan Ppn yang sekarang menjadi 11%. Situasi saat ini diluar kebiasaan. Dan konsumen jadi pusing tujuh keliling dibuatnya.
Ketika terjadi inflasi, daya beli menurun. Penghasilan pun ikut berkurang. Dan dalam jangka panjang rentan membuat orang jatuh miskin. Khususnya mereka yang penghasilannya pas-pasan.
Menghadapi situasi yang tak menguntungkan ini kita dituntut bisa berpikir secara rasional. Yakni berpikir dan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang logis dan diterima akal sehat. Bukan mengedepankan sikap emosional.
Berhemat dan mengencangkan ikat pinggang merupakan pilihan yang paling rasional. Apalagi bagi kelompok yang penghasilannya masih pas-pasan. Yakni mengatur pengeluaran dengan mendahulukan hal-hal yang urgen, yang harus segera dipenuhi dan tak dapat ditunda-tunda. Sementara untuk pemenuhan kebutuhan yang tak terlalu penting bisa ditunda atau dibatalkan saja.