Berapa keuntungan dari berjualan pakaian selama bulan Ramadan ? Seorang pedagang grosiran di Yogyakarta menyebut angka tak kurang dari 100 juta dalam sebulan. Sementara pada skala yang lebih kecil,beberapa pedagang eceran di pasar tradisional menyebut angka 15-20 juta. Angka-angka yang cukup menggiurlan bukan?
Ini bukan cerita halu atau bualan. Dengan margin keuntungan Rp 5000 per potong seorang pedagang grosiran bisa menjual 20-25 ribu potong pakaian selama Ramadan. Silakan kalikan saja angka-angkanya!
Bulan Ramadaan memang laksana panen raya bagi para pedagang pakaian. Tradisi membeli pakaian baru setiap menyambut Lebaran membuat penjualan pakaian meningkat tajam hingga tiga sampai empat kali lipat dibanding diluar Ramadan. Tak salah memang kalau bukan suci umat Islam ini juga sering disebut bulan penuh rahmat dan karunia Tuhan.
Tapi sayang, cerita-cerita manis itu bukan cerita tahun ini. Tapi cerita enam tujuh tahun yang lalu. Cerita ketika minyak goreng harganya tidak sampai Rp 25.000/ liter. Cerita ketika tarif PPN belum 11 persen. Cerita ketika seliter pertamax belum dihargai Rp 12.500. Pokoknya ketika harga-harga barang belum semahal sekarang.
Bagaimana ceritanya sekarang? Boro-boro memperoleh pendapat sebanyak yang disebut diatas. Bisa mendapatkan separuhnya saja sudah luar biasa.
Bahkan ada yang menanggapinya dengan jawaban pesimis. "Jangankan mikir keuntungan,bisa melunasi tagihan saja sudah lumayan," demikian yang mereka sampaikan.
Para pedagang pakaian di pasar tradisional menjadi kelompok yang mengalami penurunan pendapatan cukup signifikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Jumlah pembeli terus berkurang. Sementara harga kulakan terus makin mahal.
Pada Selasa, empat hari lalu penulis berkunjung ke Pasar Demangan Yogyakarta. Suasananya sepi. Tak banyak pembeli berjubel. Padahal biasanya mendekati sepuluh hari menjelang Lebaran ini suasana pasar sangat ramai.
Sekilas tampak hanya kios-kios sembako dan makanan yang dituju para pembeli. Sementara para pedagang pakaian lebih banyak menganggur. Mereka terkantuk-kantuk menunggu pembeli yang tak jua datang.
Penulis menyempatkan untuk mengobrol dengan salah satu dari mereka. Seorang Bapak yang menjual aneka pakaian anak dan dewasa. Dari keterangan Bapak tersebut didapat informasi kalau pasar paling lesu dialaminya sejak tahun lalu. Termasuk pada bulan Ramadan.