Menjadi sebuah kebahagiaan ketika bisa mempraktikkan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah pada profesi yang dijalani.Tapi karena satu dan lain hal tak semua orang bisa merealisasikannya.Seperti sering terjadi pada sarjana pertanian.Banyak yang bekerja diluar bidang keilmuannya.Bukan menjadi petani.
Ada sebuah anekdot yang menggambarankan fenomena ini.Dikisahkan bahwa diluar negri para orang tua akan berpesan pada anaknya yang mendalami ilmu pertanian untuk kembali ke desa guna memajukan dunia pertanian di desanya.Sementara di negri sendiri orang tua akan menyarankan anaknya agar tidak kembali ke desa dan mencari pekerjaan diluar bidang pertanian.
Meskipun cerita diatas hanya sebuah guyonan.Tapi demikianlah faktanya sekarang.Baik orang tua maupun si anak sama-sama tak ingin si anak menjalani profesi petani,meski punya bekal ilmu pertanian.
Ada beberapa faktor yang membuat banyak sarjana pertanian lebih memilih berkarir diluar latar belakang pendidikannya.
1. Mereka sebenarnya tidak berminat dengan dunia pertanian.
Coba tanyakan pada para mahasiswa pertanian,apakah mereka memang menyukai dunia pertanian.Jawabannya ternyata tak seratus persen menjawab iya.Dan atau bahkan tak sampai separo yang bilang iya.Kenapa?
Ada fenomena sejumlah lulusan SLTA mengambil jurusan pertanian karena terpaksa.Hanya sebatas pelarian.Karena merasa tak mampu bersaing di jurusan-jurusan favorit seperti kedokteran,teknik dan sebagainya yang peminatnya bejibun.
Mereka kuliah dengan setengah hati.Mereka kuliah hanya demi sebuah ijazah dan gelar kesarjanaan.Bukan karena benar-benar menimba ilmu.Sehingga mereka tak merasa rugi atau menyesal ketika ilmu yang diperoleh selama kuliah tak diaplikasikan di kehidupan nyata.
2. Pekerjaan sebagai petani dipandang tidak mentereng.
Coba tanyakan pada anak-anak adakah yang bercita-cita jadi petani? Coba juga tanyakan pada para orang tua adakah yang menginginkan anaknya jadi petani?Dari kedua pertanyaan diatas banyak yang menjawab tidak.