"Isra' Mi'raj tak hanya sebuah peristiwa. Tapi juga bagian dari ujian keimanan bagi manusia"
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Isra' Mi'raj adalah peristiwa fenomenal yang dialami Nabi Muhammad SAW. Dalam satu malam beliau diperjalankan dari tanah Mekkah menuju Baitul Maqdis di Palestina. Dan selanjutnya menuju Sidratul Muntaha di langit untuk bertemu ALLAH dan kembali lagi ke bumi. Beliau mengalaminya sendiri tanpa ada orang lain yang menyaksikan.
Kaum kafir Quraisy tak percaya sama sekali dengan cerita Nabi kala itu. Mana mungkin seorang manusia sanggup menempuh perjalanan sejauh itu dalam sekejap mata, begitu pikir mereka. Mereka menganggap apa baru saja dialami Nabi saat itu sebatas khayalan semata.
Secara logika memang apa yang diceritakan Nabi Muhammad itu tak bisa dicerna akal manusia. Tapi dalam beragama kita tak bisa hanya mengandalkan akal. Karena pada sisi-sisi tertentu kita juga dihadapkan pada mu'jizat. Sesuatu yang tak bisa diterima akal tapi benar-benar terjadi karena ada campur tangan Tuhan, zat yang tak terlihat yang mengendalikan alam semesta. Disinilah keimanan kita sebagai manusia diuji Sang Pencipta, apakah mempercayai atau tidak.
Bagi kaum yang tidak percaya mereka menyandarkan tiap peristiwa pada kekuatan akal. Segala sesuatunya harus bisa dilihat kasat mata. Seperti sikap yang ditunjukkan kaum kafir Quraisy waktu itu.
Beda halnya dengan kaum yang beriman. Beriman berarti percaya. Maka mereka percaya sepenuhnya berita itu karena yang menceritakan adalah Nabi Muhammad, sosok yang tak pernah berdusta. Selain itu mereka juga meyakini keberadaan Tuhan yang mengatur segala yang terjadi di seluruh alam. Termasuk dengan mengadakan peristiwa Isra'Mi'raj.
Saat ini, tepatnya satu tahun terakhir ini umat manusia kembali diuji keimanannya. Manusia dihadapkan pada situasi yang serupa tapi tak sama dengan peristiwa Isra' Mi'raj. Tentang adanya makhluk renik bernama virus Corona yang mengancam kehidupan manusia.
Seperti halnya kisah Isra' Mi'raj yang hanya diketahui Nabi dan disampaikannya kepada kaum Quraisy. Maka yang dianugerahi Tuhan untuk mengetahui tentang virus ini serta bahayanya adalah para ahli kesehatan. Yang kemudian menyampaikannya pada publik.
Sebagaimana yang dialami Nabi yang dituduh mengada-ada dulunya. Berita tentang virus yang populer dengan sebutan Covid 19 ini, juga mendapat penyangkalan dari banyak lapisan masyarakat. Mereka beranggapan semua itu hanyalah sebuah konspirasi untuk menghancurkan kehidupan banyak orang.
Mereka terang-terangan menolak kebenaran. Meski yang menyampaikan kebenaran adalah para ahli yang berkompeten. Padahal para penolak itu sendiri tak tahu apa-apa sedikitpun. Tapi mereka kukuh menolak percaya dengan alasan tak bisa dibuktikan secara kasat mata atau tak sesuai dengan metode berpikir mereka.