Lihat ke Halaman Asli

el lazuardi daim

TERVERIFIKASI

Menulis buku SULUH DAMAR

Pengajian Imlek dan Akulturasi Budaya di Yogyakarta

Diperbarui: 12 Februari 2021   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Syuhada Yogyakarta (http://arsip.tembi.net/republika.co.id)

Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang mudah beradaptasi.Hal ini dapat kita lihat dalam berbagai akulturasi budaya lintas etnis dan agama.Sifat terbuka dan jiwa toleransi tinggi menjadi faktor penting dalam mewujudkannya.

Salah satu bentuk dari akulturasi budaya itu adalah penyelenggaraan  pengajian Imlek di Masjid Syuhada Yogyakarta.Acara yang menggabungkan budaya Tionghoa dan Islam.Acara ini dilaksanakan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Yogyakarta.

Acara yang mengiringi perayaan Tahun Baru Imlek ini diselenggarakan pertama kali tahun 2002 silam.Adalah Budi Satyagraha salah seorang tokoh Muslim Tionghoa Yogyakarta yang pertama kali mencetuskan ide ini.Tujuannya selain sebagai sarana dakwah juga untuk melestarikan tradisi dan memperkuat toleransi antar warga masyarakat.

Acara ini sendiri sempat mendapat tentangan beberapa tokoh Islam pada awalnya.Karena ada yang beranggapan bahwa perayaan Tahun Baru Imlek adalah bagian dari ritual agama Konghucu.

Namun setelah diberi penjelasan bahwa perayaan Imlek hanyalah event budaya  yang bisa dirayakan siapa saja dengan berbagai keyakinan serta mendapat rekomendasi dari MUI Yogyakarta,acara ini dapat terselenggara dengan aman.Bahkan memperoleh dukungan dari berbagai pihak.

Dalam beberapa penyelenggaraan berikutnya pengajian ini juga menghadirkan masyarakat umum dan tokoh-tokoh Islam dari berbagai ormas seperti NU dan Muhammadiyah.Selain itu beberapa masjid seperti masjid Gedhe Kauman dan Masjid Muttaqin Beringharjo juga membuat event serupa.

Tak ada suara petasan.Tak ada kembang api.Tak ada hingar bingar sebagai ekspresi sukacita khas Imlek pada umumnya.Termasuk juga pernak pernik seperti dupa,patung dan lain sebagainya ditiadakan.Karena tidak sejalan dengan ajaran Islam.

Pengajian Imlek versi Islam ini hanya diisi pengajian,shalat dan doa bersama.Ditambahi perkenalan akulturasi budaya dan perkembangan Islam di kalangan masyarakat Tionghoa.Semua berlangsung santai dan hikmat.

Meskipun berlangsung sederhana perayaan Imlek di masjid ini tidak mengurangi nilai dari Imlek itu sendiri.Karena esensi dari Imlek itu sendiri adalah sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan serta harapan kehidupan yang lebih baik di tahun baru.Yang salah satu perwujudannya adalah dengan berdo'a dan beribadah pada Tuhan.

Pengajian Imlek ini sekali lagi memberi pelajaran pada kita tentang kearifan dan kedewasaan bangsa Indonesia dalam menyikapi perbedaan.Perbedaan bukanlah halangan untuk bersatu.Tapi bisa saling mengisi dan dilebur.Serta dijadikan sebagai alat untuk memperkaya kebudayaan itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline