Tak terasa sudah memasuki bulan September. Sebagai orang yang besar di era Orba, ingat September pasti akan ingat G30s/PKI. bagaimana tidak setiap tahun kita disuguhi film Pemberontakan G30S/PKI di TVRI. Nah, omong-omong soal konflik politik dekade 50-60an, hari ini saya menyempatkan membaca majalah Star Weekly, edisi Januari 1958.
Headline majalah itu soal "Tetira" Soekarno ke beberapa negara selama 5-6 pekan. Apa yang dilakukan Soekarno sedikit disayangkan karena kondisi negara yang sedang "tidak baik". Di sisi lain, isu coup terus beredar di masyarakat. Begini kisah Star Weekly Januari 1958:
Kamis 9 Januari 1958, ratusan tentara terlibat dalam latihan militer di Jakarta. Latihan itu sontak memunculkan isu-isu liar di antaranya isu upaya merebut kekuasaan atau tujuan tersembunyi lain.
Sementara Presiden Soekarno pada saat itu, tepatnya sejak 7 Januari 1958 sudah berangkat ke India. Pemerintah saat itu menyampaikan Soekarno melakukan "Tetira" atau mencari ketenangan jiwa. Soekarno saat itu rencananya meninggalkan negeri selama 5-6 pekan. Kekuasaan presiden ketika itu diserahkan kepada ketua parlemen Mr Sartono. Demikian kira-kira laporan majalah mingguan Star Weekly, edisi 11 Januari 1958.
Situasi negara saat itu memang sedang dilingkupi saling curiga antar elite negeri. Dan ini menjadi titik awal dari saling curiga berkepanjangan yang mengalami puncaknya pada peristiwa penculikan jenderal TNI AD, pada September 1965, oleh PKI.Kembali ke awal tahun 1958, Penerangan AD (Penad) membantah latihan militer awal tahun memiliki hubungan dengan upaya merebut kekuasaan.
"Latihan itu hanja semata-mata untuk menambah kesiap-siagaan dan kewaspadaan nasional," demikian rilis Penad. Jaminan bahwa tidak akan ada kudeta juga diungkapkan oleh Sekjen PKI, Aidit.
Sementara situasi dalam negeri memang memanas. Sehari Soekarno berangkat "tetira" terjadi ledakan granat di jalan Kramat, Jakarta, yang melukai 14 orang. Sedangkan situasi di Maluku sedang bergejolak. Demikian pula dengan situasi di Sulawesi, di mana saat itu Sulawesi Utara memutuskan hubungan administratif dengan (ibukota) Makassar.
Sulawesi Utara dianggap tidak sabar untuk menjadi provinsi tingkat I.Presiden Soekarno saat ingin berangkat ke India, memang menggunakan istilah "tetira" untuk kunjungan panjangnya ke luar negeri. Media saat itu menyebut tetira sedikit banyak mengandung arti mistik yaitu jalan-jalan ke tempat kramat untuk mencari ketenangan jiwa atau ilham. Tetira lebih dekat mengenai kesehatan jiwa dibandingkan kesehatan jasmani.
Sebagian orang paham dengan kebijakan Soekarno saat itu, karena banyak masalah yang dialami negara dan butuh inspirasi untuk penyelesaiannya. Untuk mendapatkan inspirasi dibutuhkan ketenangan dan kekuatan jiwa. "Kalau inspirasi itu tidak dapat tertjapai di kaki gunung Semeru, tidak ada halangan untuk mentjari ilham di dikaki gunung Himalaya, di tepi Sungai Gangga, dikaki pyramida di Mesir atau di kaki gunung Fujiyama di Djepang," demikian tulis Star Weekly.
(pemulung sejarah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H