[caption id="attachment_88294" align="alignleft" width="139" caption="courtesy: gugling.com"][/caption] Dalam tradisi Tionghoa, tahun 2011 ini digolongkan sebagai tahun kelinci. Kelinci dikenal sebagai binatang yang cepat dan gesit, sebab itulah banyak yang mengidentikkan bisnis pada tahun ini akan menggeliat dengan gesit dan cepat seperti kelinci. Benarkah demikian? Jawabannya: Ternyata tidak. Dalam pandangan spiritualis Tionghoa asal Solo, Romo Djoenaidi, dunia bisnis Indonesia tahun ini suram. Kondisi iklim yang tidak bisa diprediksi dan politik yang tidak menentu menjadi pemicu buruknya bisnis di tahun kelinci. Dalam diskusi “Prospek Bisnis di Tahun Kelinci” yang diadakan Harian Joglosemar Solo, Senin 31 Januari 2011, Romo Djoenaidi menyarankan pelaku bisnis mengedepankan prinsip kehati-hatian, jangan kemronggo (terlalu bernafsu), dan pelaku bisnis harus mampu mengendalikan berbagai keinginannya. Bahkan secara ekstrem Romo menyarankan pelaku bisnis tidak membuka usaha baru mengingat prediksi buruknya iklim usaha tahun ini. “Pukulan berat ada di sektor pertanian, cuaca ekstrem akan menghancurkan pertanian, begitu juga dengan kelautan,” kata Romo. Buruknya usaha berpotensi pada terjadinya pemutusan hubungan kerja, khususnya di sektor industri. [caption id="attachment_88297" align="alignleft" width="228" caption="Romo Djoenaidi"]
[/caption] Romo Djoenaidi yang merupakan pakar spiritual di Cetya Ksitigarbha Solo, menjelaskan tren buruknya bisnis mulai terjadi sejak 1998 dan akan mencapai klimaksnya tahun 2011-2012. “Sebagian tahun 2012 akan kena,” katanya. Secara spiritualis, Romo menuturkan dia belum bisa menemukan bisnis apa yang baik di tahun kelinci ini. Untuk mereka yang sudah telanjur menanamkan dananya untuk berbisnis di tahun ini, Romo menyarankan agar pelaku usaha itu mengedepankan prinsip kehati-hatian. Misalnya dengan tidak mengejar keuntungan yang terlalu besar, mengingat daya beli masyarakat yang menurun. Hal yang terpenting dalam berbisnis di tahun kelinci adalah mempertahankan roda bisnis agar tetap berputar dengan tidak mengejar target yang berlebih. [caption id="attachment_88299" align="alignright" width="300" caption="Diskusi Bisnis di Kantor Joglosemar"]
[/caption] Romo mengatakan apa yang disampaikannya bukan untuk menakut-nakuti, tetapi agar pelaku bisnis bersiap diri sehingga apabila terjadi mereka sudah siap secara mental. Manusia juga diminta untuk bersembahyang, mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Mengapa demikian? Karena manusia sering kali mengeksploitasi nafsunya sendiri, dengan bersembahyang maka akan terjadi pembersihan aura buruk. Kemudian manusia diminta untuk hidup harmonis dengan sesama dan alam. Selalu menyebarkan kebajikan untuk sesama manusia akan memperbaiki kerejekian. Sedangkan harmonis dengan alam, terkait dengan kondisi saat ini di mana alam tidak lagi bisa diprediksi oleh manusia. Seperti halnya kelinci yang mempunyai telinga panjang dan pendengaran yang sensitif, ada baiknya kita mendengarkan berbagai nasihat itu. Kelinci selalu gelisah jika mendengar suara gaduh, kita pun harus gelisah jika mendengar kabar tak baik. Namun kegelisahan itu harus mampu kita kelola sehingga menjadi energi positif. Selamat Tahun Baru China. Gong Xi Fat Chai.. Tulisan serupa namun dengan penulis lain dipublikasikan di Koran Harian Joglosemar, edisi 1 & 2 Februari 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H