Tiga unit bendi terpakir di halaman rumah Taufik di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Bendi atau andong kecil yang biasa digunakan berkeliling di kawasan Simpang Lima Kota Semarang itu salah satunya sedang dalam perbaikan.
Sementara di sebarang bendi berdiri sebuah kandang yang dihuni Bintang dan Niken Sembrani. Dua dari empat ekor kuda milik Taufik yang menjadi andalannya mengais rezeki.
Taufik, sang pemilik Unik Stable itu menceritakan, kuda-kuda yang dipeliharanya biasa diajak mangkal pada hari Minggu di Car Free Day (CFD) kawasan Simpang Lima Kota Semarang.
Sebab, Mranggen yang terletak di perbatasan Semarang coret itu memang lebih dekat ketimbang harus ke jantung kota Santri Demak. Jika ditelusuri lewat Google Maps, Mranggen- Simpang Lima sejauh 12 km. Sedangkan Mranggen- Alun-alun Demak hampir 26 km.
Adapun tarif untuk menggunakan jasa transportasi bertenaga kuda itu sebesar Rp 50.000 untuk satu kali putaran.
Selain itu, Taufik juga sering menerima jasa carter atau persewaan bendi untuk sebuah acara. "Tergantung jaraknya. Kalau yang dekat Rp 500 ribuan. Kalau yang jauh, lumayanlah (tarif sewanya)," katanya.
Bukan hanya untuk berwisata, terkadang kuda Taufik juga diajak berkompetisi pacuan kuda. Istilahnya semacam "tarkam" alias antar kampung kalau di sepak bola.
"Istilahnya liga gedhek (anyaman bambung). Niken Sembrani baru kemarin menang di Kendal. Pulang-pulang ada yang menawar Rp 80 juta, tapi tidak saya lepas," ceritanya.
Menurut dia, merawat kuda itu gampang-gampang susah. Sehari dua kali makannya, rumput dan bekatul alias dedak menjadi asupan gizinya.
"Ya dilihat postur tubuhnya dan dari (bentuk) kaki-kakinya. Kalau Niken ini betina. Saya rawat dari umur tujuh bulan, sekarang sudah 2,5 tahun," imbuhnya.