Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, yang dimulai dari lahir, hingga ke arah dewasa. Setelah mencapai dewasa, perkembangan menjadi lebih stabil, namun akan mengalami perubahan sejalan dengan pengalamannya yang dialaminya. Secara alami, manusia menginginkan perkembangan dalam Pendidikan dilakukan secara baik, mereka membuat sesuatu lebih baik bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain dan untuk kemanusiaan. Oleh karena itu setiap manusia, menciptakan lingkungan yang baik untuk pendidikannya. Dan lingkungan pendidikan tersebut dapat kita temukan di rumah, di sekolah, di masyarakat serta lingkungan sekitar.
Perkembangan manusia dapat dibagi menjadi ke dalam beberapa aspek perkembangan, yaitu perkembangan fisiologis, perkembangan psikososial, perkembangan kognitif dan perkembangan Bahasa dan komunikasi.
Kali ini penulis akan merefleksikan tentang salah satu aspek perkembangan, yaitu perkembangan psikososial. Teori perkembangan psikososial yang berpengaruh secara luas adalah salah satu teori yang dikembangkan oleh Erik Erikson.
Erik Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman 15 Juni 1902 dan meninggal di Harwich, Amerika Serikat, pada tanggal 12 Mei 1994. Beliau merupakan salah satu ahli psikologi perkembangan dan psikologikal Amerika yang terkenal dengan teorinya tentang perkembangan psikososial manusia. Teori ini dibangun berdasarkan penelitiannya tentang perkembangan jiwa dan social pada anak, serta pengaruh yang terjadi pada perkembangannya di masa dewasa.
Teori spikososial yang dikembangkan oleh Erik Erikson banyak dipengaruhi oleh teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud tentang teori psikoseksual atau penekanan yang ada pada perkembangannya dalam aspek biologis dan orientasi seksual.
Namun Erikson mempunyai pendapat sendiri bahwa kepribadian berkembang dalam urutan yang telah ditentukan melalui delapan urutan yang telah ditentukan, melalui delapan tahap perkembangan psikososial maka setiap tahap manusia akan mengalami krisis psikososial yang dapat memiliki hasil positif atau negative bagi perkembangan kepribadiannya.
Adapun delapan tahap perkembangan itu meliputi (1) Tahap Percaya vs ketidakpercayaan, (2) Tahap Otonomi vs rasa malu, (3) Inisiatif vs rasa bersalah, (4) ketekunan vs rasa rendah diri, (5) identitad vs kebingungan peran, (6) keintiman vs isolasi, (7) generativitas vs stagnasi, (8) integritas vs keputusasaan.
Tahap Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-18 bulan)
- Anak akan berkembang secara baik fisik dan mentalnya apabila lingkungnanya memenuhi kebutuhannya. Kepercayaannya tumbuh apabila terjadi keseimbangan antara percaya vs ketidakpercayaan. Jika anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang positif, maka kepercayaannya dapat menyebabkan sikap berani melakukan berbagai ekslorasi. Namun jika anak dibesarkan di dalam lingkungan yang kasar, maka dapat menyebabkan anak yang kurang percaya diri, menolak untuk eksplorasi lingkungannya.
Otonomi vs rasa malu (18 bulan -- 3 tahun)
- Otonomi merupakan dasar kemampuan untuk berpikir dan bertindak dengan rasa percaya diri dan mandiri. Peran orang tua pada tahap ini sangat berpengaruh, jika control yang diberikan terlalu sedikit, maka akan membuat anak menjadi ragu-ragu dalam melakukan berbagai ekplorasi, dan menjadi penyendiri.
Inisiatif vs Rasa Bersalah (3 tahun -- 6 tahun)
- Pada tahap ini, anak diminta untuk menjalankan kepercayaanya dan kemandiriannya yang penuh, jika berhasil pada tahap ini, maka rasa tanggung jawab dan prakarsa pada dirinya meningkat. Namun jika gagal dalam tahap ini, maka anak akan memiliki rasa bersalah, dan kurangnya inisiatif dalam melakukan segala hal.
Ketekunan vs Rasa Rendah Diri (6 tahun -- 12 tahun)
- Tahapan ini merupakan tahapan peralihan, dari masa anak-anak ke masa pertengahan, dimana anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuannya. Tahapan ini menjadi berhasil jika anak didukung oleh orang dewasa dalam membangun perasaan kompeten dan percaya dengan keterampilannya.
- Namun anak akan menjadi gagal dalam tahapan ini jika anak menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang dewasa, yang dapat menimbulkan permasalahan seperti rasa rendah diri dan tidak produktif.