Lihat ke Halaman Asli

Tangis dari Negeri Awan

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menangislah negeriku,
engkau bukan lagi perawan cantik di taman mawar
yang menebar aroma wangi.
Tubuh indahmu kini dikoyak-koyak birahi buas bernama
neokapilatisme dan neoliberalisme
yang berpestapora di atas kemiskinan dan kegalauanmu tanpa jeda.
Airmatamu yang mengalir, mengering bersama kerontangnya tanah kita.
Aku hanya bisa meneguk getir ketika memandang wajahmu pucat
sambil menahan keperihan setelah diperkosa saudaramu sendiri
bernama koruptor dan nepotisme.
Semalam aku bermimpi buruk, negeriku akan digadai.
Sebelum semuanya punah oleh lilitan bintang amuba beresegi tiga yang dikirim tuan liberal; atau ditelan gogasi yang bertanduk banteng...
Dari negeri peringgi di pucuk awan, aku hanya bisa menganjurkan
segeralah membenahi keadaan ini, mengikuti wangsit begawan kita;
"LEBIH CEPAT, LEBIH BAIK"

Salam Insan Cita; YAKUSA

By :Ampuh Devayan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline