Lihat ke Halaman Asli

Alat Peraga Mengoptimalkan Modalitas Visual, Audio, dan Kinestetik

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seorang guru dalam pembelajaran bertugas memfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dan mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Karena itu, seorang guru dalam merencanakan pembelajaran perlu mempertimbangkan materi apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan materi tersebut, dengan bantuan apa agar peserta didik dapat belajar dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki, dan bagaimana cara mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai materi pembelajaran.

Ditinjau dari teori tahap perkembangan intelektual yang dikemukakan oleh Piaget, pada jenjang SMP peserta didik masih berada pada masa-masa awal tahap operasi formal. Dalam masa transisi ini peserta didik masih memerlukan bantuan benda-benda konkrit atau representasi visual dari benda-benda konkrit berupa alat peraga. Benda konkrit ditujukan agar pembelajaran yang dialami peserta didik mendekati dunia nyata, dan alat peraga dimaksudkan agar peserta didik berangsur-angsur belajar dengan menggunakan representasi gambar yang mewakili keadaan sesungguhnya.

Hal ini sejalan dengan tahap-tahap belajar yang dikemukakan oleh Bruner. Karena itu, pembelajaran matematika di SMP perlu mempertimbangkan tahap-tahap belajar yang dikemukakan oleh Bruner agar proses belajar berlangsung secara optimal. Proses pembelajaran diawali dengan modus enaktif dengan menggunakan benda konkrit atau situasi nyata, dan bila tahap belajar ini dirasa cukup, siswa beralih ke tahap belajar yang kedua dengan menggunakan represetasi ikonik dalam bentuk gambar atau diagram sebagai representasi visual dari benda sesungguhnya, dan selanjutnya proses belajar dengan modus simbolik.

Bandler dan Grinder (1981) menyatakan bahwa “meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga modalitas –visual, auditorial, dan kinestetik– hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajaryang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi”. Selanjutnya, Markova (1992) menyatakan “orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu”.

Kenyataan menunjukkan bahwa seorang peserta didik memiliki kemampuan dan gaya belajar yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Modalitas belajar merupakan cara termudah bagi seseorang untuk menyerap informasi. Orang yang memiliki modalitas visual yang dominan, cenderung belajar dengan cara melihat, orang dengan modalitas auditorial yang dominan cenderung belajar dengan cara mendengar, dan orang yang memiliki modalitas kinestetik yang dominan cenderung belajar dengan bergerak, bekerja, dan menyentuh.

Peserta didik memiliki kemampuan dan gaya belajar yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh modalitas belajar yang dimilikinya. Dengan merancang pembelajaran yang mempertimbangkan gaya belajar yang dimiliki peserta didik, diharapkan peserta didik dapat belajar dengan baik dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Ini dapat dilakukan dengan merancang pembelajaran dengan bantuan alat peraga yang melibatkan aktifitas visual, auditorial, dan kinestetik.

Aktifitas visual, auditorial, dan kinestetik yang dilakukan oleh peserta didik dapat diarahkan untuk mendukung pembelajaran. Aktifitas visual dilakukan dengan mengamati benda-benda konkrit agar pembelajaran yang terjadi mendekati situasi nyata, dan aktifitas auditorial dilakukan dengan mendengarkan penjelasan dari guru atau penjelasan dari peserta didik yang lain. Sedang aktifitas kinestetik dapat dilakukan dengan menyentuh benda konkrit atau benda tiruan yang mewakili konsep yang sedang dipelajari

Karena itu, dalam merancang pembelajaran yang akan dilakukan, seorang guru perlu mempertimbangkan modalitas yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain seorang guru sebaiknya mengupayakan pembelajaran yang akan dilakukan dapat melibatkan modalitas visual, auditorial, dan kinestetik dengan menggunakan alat peraga.

(Tulisan ini merupakan jurnal hasil pembelajaran materi Geogebra pada pelaksanaan diklat online yang diselenggarakan oleh P4TK Matematika Yogyakarta dan sebagai pengingat buat penulis)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline