BOGOR – Sebanyak 100 siswa sekolah dasar berburu energi sebagai bahan bakar jet di Sentul Eco Edu Tourism Forest, Bogor. Tidak hanya itu, mereka juga ikut mencari keanekaragaman hayati di hutan yang menjadi kerjasama Indonesia dan Korea tersebut.
`Hutan memang menyimpan potensi sebagai sumber energi terbarukan,` ujar Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), M.S Sembiring, pada Kemah Keanekaragaman Hayati, 1 April 2017. Kegiatan kemah yang diselenggarakan di Eco Edu Tourism Forest ini merupakan bagian dari peringatan Hari Hutan Internasional (HHI) 2017 kerja sama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Yayasan KEHATI.
Sesuai dengan tema HHI 2017, Hutan dan Energi, KEHATI melalui gerakan anak mudanya, Biodiversity Warriors (BW) mengajak lima sekolah dasar untuk mengenal tentang hutan sebagai penyedia energi. Kepala Perwakilan FAO di Indonesia, Mark Smulders menyebutkan bahwa hutan mampu menyerap dan menyimpan energi. Di dalam kayu atau ranting itulah hutan menyimpan energi. Sehingga disebutkan bahwa energi terbarukan itu dapat ditemukan pada ranting-ranting yang jatuh sebagai kayu bakar, biomassa, dan tumbuhan yang dapat dikonversi sebagai energi. Tumbuhan tersebut seperti kaliandra, getah pinus, dan lain-lain.
Melalui kemah keanekaragaman hayati ini, BW meminta anak-anak untuk mengumpulkan dedaunan yang nantinya digunakan untuk menunjukkan bagaimana energi dari biomassa diperoleh. Mereka juga dikenalkan dengan tanaman kaliandra yang biasa dijadikan bahan bakar dalam bentuk pelet kayu. Selain itu, di lokasi yang tidak jauh dari Jakarta tersebut, anak-anak dari SD Ricci II Bintaro, Sekolah Citra Alam Ciganjur, Sekolah Alam Indonesia Meruyung, Sekolah Alam Semut Semut Depok, dan SD Global Mandiri Cibubur ini diajak untuk melihat penyadapan getah pinus yang dapat menjadi campuran bahan bakar jet.
Tanaman pinus tidak hanya elok menjadi latar belakang fotografi, tetapi juga menyimpan potensi energi yang besar. Getah cairnya dapat diolah menjadi campuran bahan bakar jet, dan getah padatnya dapat diolah menjadi bahan pembuatan baterai.
Selain dikenalkan potensi energi di dalam hutan, siswa siswi sekolah dasar ini juga diajak untuk mengenal keanekaragaman hayati di dalam hutan. Melalui beberapa titik, BW mengenalkan serangga, mamalia, tumbuhan, dan burung yang biasa ditemukan di hutan. `Tujuan pengenalan ini adalah membangkitkan kesadaran anak-anak tentang pentingnya hutan dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Sehingga akan tumbuh kecintaan dan semangat untuk melestarikannya` kata Sembiring.
Sementara itu, Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri (KLN) KLHK, Sri Murniningtyas mengatakan bahwa kegiatan pendidikan konservasi keanekaragaman hayati ini juga sudah dilakukan pada peringatan HHI tahun 2016 lalu. Dengan melihat antusiasme anak-anak tahun lalu maka tahun ini diselenggarakan Kemah Keanekaragaman Hayati yang sekaligus bertujuan untuk membangkitkan spirit kerjasama berkelompok sejak usia dini.
“Selain itu sangat penting bagi generasi muda untuk mengetahui tentang fungsi hutan yang tidak hanya sebagai rumah keanekaragaman hayati saja tapi juga sebagai sumber energi baru dan terbarukan di masa depan, maka itu sangat penting bagi kita semua untuk melestarikan hutan dan keanekaragaman hayati nya”, tutup Kepala Biro KLN KLHK yang biasa di panggil Bu Ning ini.
Sebagai pendukung di acara ini juga dihadirkan pewayang cilik, Baku Nindra (10 tahun) siswa SD Ungaran, Jawa Tengah. Pemenang lomba dongeng anak peringatan HHI 21 Maret lalu ini, mencuri perhatian khalayak cilik lewat cerita tentang perlunya menjaga hutan sebagai rumah keanekaragaman hayati. Acara kemah hari ini ditutup dengan menampilkan presentasi hasil pengamatan keanekaragaman hayati dari masing-masing kelompok sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H