Lihat ke Halaman Asli

All About Jogja

Diperbarui: 28 April 2016   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel



Seri Kajian; Ustadz Salim A. Fillah

Assalamulaikum pemirsah. Bagaimana kabar hatimu hari ini hehe...semoga senantiasa diliputi kebahagiaan dan kesyukuran pada sang Khalik yaah. Mmm... kali ini saya akan mencoba sedikit berbagi ilmu yang saya dapet dari kajian di sini. Iya disini, di Jogja.. kota penuh cinta ^_^. Kajian hari ini di isi oleh seorang ustadz yang sudah gak asing lagi loh ditelinga teman-teman. Yups beliau adalah ustadz Salim A. Fillah, pengarang buku Nikmatnya pacaran setelah pernikahan, Dalam dekapan ukhuwah, Saksikan bahwa aku seorang muslim dan masih banyak lagi buku-buku karangan beliau yang gak bisa saya sebutkan satu-persatu disini hehe (padahal mah, karna saya taunya itu doang J ).

Kajian pagi tadi, saya kurang tau judulnya apa, soalnya datang telat. Sebenernya gak telat juga, karna saya sudah sampai dilokasi setengah jam sebelum acara dimulai. Tapi berhubung saya diajak silaturrahim kepesantren teman, yang lokasinya bersebelahan dengan masjid lokasi kajian tadi. Soo.. namanya perempuan kalau sudah kumpul, ngobrol ngalor ngidul, kebablasan deh heee. Walhasil, pas datang ke masjid, ustadz nya udah mulai dan yaaaah akhirnya ketinggalan dikit deh...tapi sih kalau gak salah Ustadz Salim ngebacain hadis tentang ketakwaan gitu, klo yang punya kitab atau buku hadis arbain sok atuh dibuka, hadis Arbain Annawawiyah, 

hadis yang ke 18. Artinya kurang lebih seperti ini: Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Muadz bin Jabal ra, Rasulullah saw bersabda, “ Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang terpuji.” (HR. Tirmidzi dan ia berkata, “ ini hadis hasan dan dalam kitab lainnya disebutkan, bahwa hadis ini hasan shahih).

Nah point pertama dari Taqwa adalah Muroqobatullah, yaitu selalu senantiasa merasa diawasi oleh Allah, jadi kita nih sebagai manusia harus bisa ber-akting sebaik dan sebagus mungkin selama hidup di dunia. Loh kenapa?.. iya, soalnya kita gak pernah lepas sedetik pun dari pantauan Allah. Kita akan selalu di awasi oleh malaikat rokib dan atid. Nah kelak di akhirat nanti, akan diputer tuh semacam rekam jejak kita selama hidup didunia. Kata ustadz itu adalah saat yang paling memalukan atau apa yah bahasanya,,, pokoknya karna saking malunya, pas liat video kita di tampilin di “layar” ada yang sampe keringetan, keringatnya ada yang semata kaki, sepinggang bahkan ada yang keringatnya sampai setinggi leher. Subhanallah...

Tadi juga ustadz sempet menyinggung terkait masalah parenting atau pendidikan anak gitu. Kata beliau kalau anak usia dibawah 7 tahun, harusnya ditanamkan tentang tauhid dulu, akidahnya dulu dikuatin. Diajarin tentang siapa yang menciptakan kita, siapa dzat yang maha memberi rizki dll. Jangan malah anak baru berusia 2 tahun sudah dibelikan mukena, disuruh solat. Gak nyunah yaaa...lha wong perintah solat itu ya pas anak usia 7 tahun, ketika memasuki usia 10 tahun jika anak belum mau, atau masih enggan melaksanakan solat, maka diperintahkan untuk memukulnya, tapi dengan pukulan yang tidak menyakiti.

Balik lagi ke pembahasan takwa ya sob, nah point takwa yang kedua adalah Muahadah. Apa itu muahadah?, muahadah adalah mengisi hati dengan niat yang baik. So jangan pernah punya niatan jelek yah, apalagi niatan untuk melakukan dosa. Karna perbedaan antara orang Mukmin dan orang Munafik itu ada pada niatnya. Kata Ustadz Salim, orang mukmin itu niatnya lebih bagus daripada amalnya, sedangkan orang munafik, amalnya lebih bagus dari pada niatnya. Nah nah... pada bingung yaa hehe... tenang saya bantu jelasin yah. 

Jadi contoh gampangnya gini, ada si A, dia pengen banget ngasih infak ke masjid 1 juta, tapi apa boleh dikata, berhubung dia Cuma punya uangnya seratus ribu, ya dia infaknya seratus ribu, karna dia mampunya infak segitu. Nah itu perumpaan orang mukmin yang niatnya lebih bagus atau lebih baik daripada amalnya. Kalo orang munafik, dia kasih infak seratus ribu, karna liat kanan kiri, liat teman-temannya kasih infak seratus ribu, dia pun akhirnya ikutan infak seratus ribu, karna gak enak atau karna gengsi. Padahal dihatinya atau awalnya dia Cuma mau infak sepuluh ribu, atau yang lebih parah tadinya dia malah gak mau ngeluarin infak buat masjid tersebut. Jadi amalnya lebih baik daripada niatnya. Kalau gak salah seperti itu penjelesan ustadz Salim.

Lanjut ke poin takwa yang ketiga adalah Muhasabah,gak usah dikasih tau arti or penjelasannya ya sob, in syaa Allah sudah pada tau ya,. Jadi kata ustadz, indikasi muhasabah kita telah berhasil adalah, apabila merasa ibadah kita kurang dan dosa kita banyak. Tapi kalau sebaliknya, merasa ibadahnya sudah banyak dan dosanya sedikit, wah wah itu pertanda bahwa muhasabah kita gagal sob. Kita masuk golongan yang berhasil atau yang gagal ya? Yuk di muhasabah lagi.

Point Takwa selanjutnya adalah Muaqobah, yaitu berani menghukum dirinya sendiri. Penjelasannya kayak gimana ya? Saya juga masih rada-rada bingung. Mmm pake contoh kisah Amirul Mukminin Umar bin Khattab aja ya. Jadi beliau ceritanya sedang mengunjungi kebun kurma dan kebun anggurnya, beliau keasyikan melihat-lihat buah kurma dan angggur yang sedang berbuah. Sampai-sampai beliau tanpa sadar telat solat ashar. Dan beliau benar-benar merasa bersalah banget sob, gara-gara keasyikan liat pohon kurma dan pohon anggurnya yang sedang berbuah, sampai lalai solat ashar. Akhirnya beliau mendatangi Rasulullah, tujuannya beliau mau menginfakkan seluruh kebun kurma dan anggurnya tersebut. Karna ia merasa gara-gara kebun itu, beliau sampai telat solat ashar berjama’ah. Dan beliau gak mau hal tersebut terulang kembali. Tapi kata Rasulullah cukup buahnya saja, gak usah sama kebun-kebunnya. Nah dari kisah Umar tadi bisa diambil kesimpulan kan, apa yang dimaksud dengan muaqobah? J semoga kita juga mampu menteladani kisah diatas ya, ketika kita melakukan kesalaha kita langsung menerapkan sikap muaqobah, seperti apa yang dilakukan oleh Umar bin Khattab tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline