Mengapa Aku Menjadi Guru
Oleh Binti Wasi'atul Ilmi, S.Ag., M.Pd.I.
Jauh sebelum terlintas cita-cita di papan kantor sekolah tempatku menuntut ilmu ketika masih di bangku sekolah dasar terpampang motto " Aku Bukan Orang Hebat Tetapi aku mencetak Orang-Orang Hebat", itu adalah motto yang selalu aku baca dan selalu memberiku inspirasi akan cita-citaku ke sekolah waktu itu. Dan saat itu aku berfikir bahwa guru adalah profesi yang hebat, karena akan mewujudkan orang-orang hebat meskipun dalam motto tertulis bukan hebat.
Ternyata memang benar motto tersebut mengandung makna yang dalam dan luar biasa yang tidak menunjukkan kehebatan guru tetapi justru di dalamnya penuh kehebatan sebagai seorang guru sehingga bisa menjadikan orang-orang hebat karena mengandung perjuangan yang tulus tanpa adanya tendensi apapun untuk mewujudkan muridnya menjadi orang hebat.
Waktu itu bagiku guru adalah sebuah profesi yang mulia. Bahkan guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu aku dengar ketika lagu Hymne guru dilantunkan dan aku mendengar sejak duduk di bangku sekolah Dasar.
Aku berfikir arti dari pahlawan tanpa tanda jasa adalah pahlawan yang berjuang tapi tidak dengan perang, guru akan berjuang melawan kebodohan untuk muridnya dan ternyata jauh dari itu artinya sebagai guru selalu mengupayakan yang terbaik dan maksimal untuk menjadi panutan dan memberikan ilmu bermanfaat kepada muridnya.
Sebutan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa juga memiliki arti sebagai guru yang berani dan rela berkorban tanpa memikirkan timbal balik apapun. Para pahlawan pendidikan ini juga senantiasa mengajarkan ilmu dengan tulus kepada murid-muridnya. Melihat semua pencapaian kesuksesan yang telah kita raih saat ini, tentunya tak lepas dari jasa Ibu Bapak guru yang telah menuntun, mengajar, dan mendidik dengan penuh keikhlasan.
Pada saat aku diajarkan oleh guruku, waktu itu aku juga mendapatkan pelajaran bahwa "Guru itu digugu lan Ditiru" saat itu guru adalah segalanya seehingga keinginanku menjadi guru semakin kuat.
Lalu aku juga berfikir semboyan bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara yaitu "Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tutwuri Handayani" selalu menginspirasiku Ing Ngarso Sung Tulodo yang artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat.
Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Semboyan Tut Wuri Handayani ini kini menjadi slogan dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.