Lihat ke Halaman Asli

"Ratu Tani", Solusi Pembasmi Hama Pertanian Bebas Bahan Kimia

Diperbarui: 19 Agustus 2019   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

               

               Pertanian mencakup 30% di wilayah Indonesia yaitu dengan luas 39,5 juta Ha maka dari itu Indonesia terkenal dengan negara yang agraris. Akan tetapi kualitas beras di Indonesia masih dipandang belum mampu bersaing dengan beras yang ada di luar negeri, utamanya dikarenakan adanya serangan hama pada tanaman padi. 

             Hama tanaman padi yang menyebabkan petani gagal panen diantaranya adalah wereng, belalang, pengerek batang, tikus dan burung. Untuk penanggulangan hama wereng, belalang dan pengerek batang sendiri cukup dengan penyemprotan pupuk pestisida atau dengan bahan kimia. 

            Namun berbeda dengan tikus dan burung, atau sejenisnya, hama tersebut merupakan hama utama padi di Indonesia yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman mulai dari di persemaian (Pra-Panen) sampai masa panen, bahkan tikus juga menyebabkan kerusakan pada masa penyimpanan padi. 

               Untuk mengatasi kerugian akibat hama telah dicetuskan konsep Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) dalam International Conference on Ecologically-Based Rodent Management di Beijing China (1998) dan Canberra Australia (2002). Ragam teknologi pengendalian hama tikus terpadu yang direkomandasikan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPTP) adalah metode sanitasi lingkungan, metode sanitasi lingkungan, metode kultur Teknik seperti pengaturan pola tanam, metode fisik mekanis seperti penggunaan perangkap dengan teknologi Trap Barier System (TBS) dan Linier Trap Barier System (LTBS), ada dua metode yang dapat digunakan untuk pembasmian hama yaitu dengan cara menggunakan bahan kimia seperti fumigasi/pengemposan dan menggunakan teknologi robotika. 

         Tetapi kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk bahan kimia dapat menggunakan pestisida lalu disemprotkan ke tanaman, akan tetapi dapat merusak habitat disekitarnya. Untuk menggunakan robotika dapat menggunakan metode sinyal ultrasonik, akan tetapi penggunaan sinyal ultrasonik tidak efektif karena akan memantul jika mengenai objek yang menghalangi (Askham. L, 1992). 

        Dengan kondisi ini kemudian memunculkan ide tim ratu tani yang Beranggotakan Darari Adhi Wicaksono, Binti Khoirunisa Dan Fira Aulia untuk mendesain sebuah robot yang bekerja untuk membasmi hama dengan cara membidik pergerakan tikus ataupun hama sejenisnya yang terdeteksi menggunakam kamera vision dan thermal untuk target yang terhalang objek lain, kemudian turret akan bergerak pada objek yang terdeteksi dan menembak target berupa tembakan air. 

             Kelebihan dari purwarupa ini bebas dari bahan kimia dan penembakan air dapat menjaga keseimbangan habitat yang ada disekitarnya. Dalam pengerjaan proyek yang turut diikutsertakan dalam program kreatifitas mahasiswa karsa cipta (PKM KC), mereka dibanntu oleh Didik Setyo Purnomo, S.T, M.Eng sebagai dosen pembimbing. 

              RATU TANI sendiri merupakan singkatan dari rancang bangun sistem turret gun ntuk pertanian bebas bahan kimia, dimana aplikasi ini bekerja dengan cara mendeteksi pergerakan hama di sekitar radius jangkauan. RATU TANI memiliki 4 keunggulan utama yaitu, kamera vision untuk mendeteksi pergerakan hama, sensor thermal untuk mendeteksi suhu hama , alat yang dapat berputar 360 derajat sehingga memudahkan untuk melacak hama, dan yang terakhir ramah lingkungan karena alat ini tidak menggunakan pestisida untuk penanggulanganya.                 "Untuk cara kerjanya, pertama kamera vision akan mendeteksi pergerakan di sekitar, dan kalau ada hama yang terdeteksi secara otomatis Ratu tani akan menembakan air ke hama tersebut untuk mengusirnya. Namun apabila tidak terdeteksi dengan kamera maka sensor thermal akan mendeteksi suhu benda di sekitar. Sensor thermal sendiri digunakan utnuk mengantisipasi apabila hama bersembunyi di balik tumbuhan. Dan selanjutnya setelah terdeteksi oleh sensor thermal maka alat secara otomatis akan menebakan tembakan air pada hama tersebut". Ujar darari .

                  Diharapkan dengan adanya alat ratu tani ini. Para petani yang awalnya masih menggunakan cara tradisional untuk menanggulangi hama pertanian akan beralih ke alat Ratu tani yang lebih praktis dan tidak memerlukan banyak tenaga untuk pengoperasiannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline