Lihat ke Halaman Asli

Senja di Malioboro

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore yang dingin di ujung malioboro, aku duduk sendiri menghabiskan senja seorang diri di bangku beton itu. Sesekali aku melihat arlojiku untuk sekedar tahu sudah jam berapa ini? hanya untuk memastikan saja bahwa aku tidak akan kehilangan moment senja di tempat ini. Buku yang sengaja aku bawa sudah sedari tadi tidak lagi kubaca, karena saat ini aku lebih tertarik memandang bola pijar raksasa di ufuk barat sana. Kembali berada di penghujung tahun, mendekati tahun baru selalu saja ada keresahan yang datang menyelimuti hati dan rasa ini, entah kenapa aku tidak pernah mengerti akan hal ini.. hufff..aku menarik nafas dalam-dalam.. seolah ingin memenuhi rongga dada dengan udara senja ini, kembali aku melihat jam tanganku sambil mataku menatap sibuk kearah kenderaan yang lalu lalang di depanku, mencoba mengenali sosokmu dari kejauhan. ah tidak seperti biasanya, kenapa kali ini kau mangkir dari jadwal pertemuan yang sudah kita sepakati, katamu kau ingin menemaniku melihat senja di ujung malioboro, tapi sudah setengah jam dari waktu yang kita sepakati tidak tampak siluet tubuhmu menghampiriku.. mataku kembali menyapu kagum semburat jingga itu, mahakarya Tuhan yang selalu saja mampu membuatku berdecak kagum seraya menggumamkan asmaNya.. tepat setengah jam lebih sepuluh menit kau datang dengan tergopoh setelah memarkirkan sepeda motormu, dari matamu aku bisa membaca kalau kau merasa bersalah karena terlambat, aku tidak berkata apapun, hanya tersenyum dan menunjuk kearah matahari yang hampir tenggelam itu.. kau pun ikut duduk disampingku dengan memberikan sedikit jarak untuk kuletakkan tasku, kita berdua hanya diam tanpa kata, hanya ingin menikmati sore yang singkat itu, menikmati detik matahari terbenam.. " aku cinta senja " tiba-tiba kau mengulang kata itu lagi, kata yang selalu kau ucapkan ketika kita sedang menikmati senja.. aku menoleh padanya dan berkata.." bukannya kau mencintai bintang? " " aku mencintai semua yang ada di cakrawala ini " berkata demikian sambil tersenyum dan meyakinkanku dengan matamu.. aku kembali meneruskan menikmati senja itu, tak lama dari kejauhan terdengar sayup suara azan magrib.. aku bergegas bangkit dari dudukku, mengambil ranselku dan berkata " antar aku ke rumah Tuhanku.." seperti biasa kau selalu sigap, mengantarkanku kerumah ibadahku, kau setia menantiku memenuhi kewajibanku.. katamu.." kau tahu? dari masjid ini senja itu terlihat damai dan tenang, setenang wajahmu sehabis beribadah.." dan aku hanya senyum menanggapi kalimatmu itu..sambil memegang perut aku berkata " cari angkringan yuk, aku lapar " dengan sedikit wajah memelas untuk meyakinkannya. Yah senja memang selalu saja membawa kenangan untuk kita, senja di ujung malioboro.. " senja di singgasana " begitu judul yang kau berikan untuk senja kita di jogja..maka malam pun datang bertahta, bulan dan bintang mendapat giliran menghiasi cakrawalanya.. Dee October 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline