Lihat ke Halaman Asli

Budaya Literasi Rendah, Menjadikan Indonesia Sebagai Peringkat Ke-2 Terbawah Dunia Tentang Literasi

Diperbarui: 1 Desember 2023   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, dan memahami teks tertulis. Namun, definisi literasi telah berkembang seiring waktu dan mencakup lebih dari sekadar kemampuan dasar membaca dan menulis. Saat ini, literasi juga mencakup pemahaman teks secara kritis, interpretasi informasi, dan kemampuan berpikir kritis.

Di Indonesia sendiri , tingkat literasi  masyarakat  masih sangat rendah, UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.

Kondisi kemampuan literasi siswa Indonesia berdasarkan riset yang dilakukan UNESCO pada 2022 menyatakan bahwa minat membaca di Indonesia masih berada pada peringkat ke-60 dari 70 negara. Posisi ini menyatakan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia semakin rendah. Hal tersebut sudah dibuktikan melalui berbagai survei internasional.

Ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu penggunaan Gadget. Faktanya 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget, atau urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.

            Bukan hanya penggunaan Gadget yang berlebihan. Beberapa faktor lainnya seperti akses terbatas ke pendidikan, ekonomi dan kemiskinan, kurangnya fasilitas dan sumber daya, kurangnya minat dan motivasi, keterbatasan bahasa, faktor budaya dan tradisional, kurangnya Pemahaman tentang Pentingnya Pendidikan dan lain-lain menjadikan Indonesia sebagai negara yang minim akan literasi.

Lantas bagaimana cara menanggulanginya?

Ada beberapa cara agar literasi di Indonesia meningkat, yaitu :

  • Merekrut dan meningkatkan kualitas guru sejalan dengan Kesepakatan Muscat (Muscat Agreement), sebuah perjanjian yang disepakati pada 2014 oleh delegasi pertemuan Global Education for All yang diselenggarakan UNESCO di Muscat, Oman. Salah satu targetnya adalah: semua negara memastikan bahwa pada 2030, seluruh pelajar dididik oleh guru-guru yang memenuhi kualifikasi, terlatih secara profesional, memiliki motivasi, dan mendapatkan dukungan.
  • Mengatasi masalah gizi sedini mungkin. Peningkatan anggaran pendidikan tanpa perbaikan gizi anak ternyata tidak berdampak terhadap peningkatan kecerdasan dan prestasi belajar--ditandai oleh peningkatan nilai PISA yang tidak signifikan. Karena itu alokasi anggaran pendidikan yang cukup besar (untuk tahun 2018 sebesar Rp441 triliun) sebagian perlu dialihkan untuk program perbaikan gizi melalui penyediaan makanan tambahan di sekolah mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai sekolah menengah atas.

Membangun dan meningkatkan infrastruktur pendidikan terutama penyediaan listrik, perpustakaan, lab komputer dan akses terhadap internet serta peningkatan infrastruktur ICT yang saat ini tertinggal di ASEAN.

Memasukkan kembali buku bacaan wajib ke dalam kurikulum. Untuk menjamin ketersediaan buku bacaan bermutu, maka fungsi penerbit milik negara Balai Pustaka perlu dikembalikan ke posisi sebelumnya sebagai penerbit dan penyedia buku bacaan bermutu bagi sekolah-sekolah.

Namun disamping itu peran pemerintah dan tenaga pendidikan tidak akan cukup menanggulangi masalah tersebut, tentunya selain itu peran masyrakat, orang tua dan lingkunga juga berpengaruh dalam meningkatkan budaya literasi tersebut. Peningkatan literasi adalah proyek jangka panjang, dan upaya yang berkelanjutan dan terkoordinasi dari berbagai pihak akan menjadi kunci keberhasilannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline