Lihat ke Halaman Asli

Bintang Putra Pratama

Content Writer

Menghilangkan Rivalitas Supporter, Mulai dari Diri Kita Sendiri

Diperbarui: 12 Oktober 2022   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peringatan dan Doa bersama 7 Hari korban tragedi Kanjuruhan. Dokpri

1 Oktober 2022 Menjadi hari memiluhkan bagi dunia sepakbola, Laga derbi yang mempertemukan tuan rumah Arema FC melawan persebaya Surabaya menjadi tempat paling mencekam yang pernah kita lihat. Saya sendiri hadir di stadion Kanjuruhan dan melihat kejadian menyedihkan tersebut.

Kerusuhan Yang biasanya disebabkan oleh antar Supporter tidak terjadi di laga ini, Tragedi Kanjuruhan sendiri terjadi akibat sikap represif aparat, saat memukul mundur suporter yang masuk ke lapangan usai laga Arema vs Persebaya. Puncaknya saat gas air mata ditembakkan ke berbagai penjuru stadion.

Gas yang dilarang oleh FIFA itu membuat suporter panik dan berebut keluar stadion untuk menyelamatkan diri, dan akhirnya banyak yang meninggal dunia akibat berdesakan dan kehabisan nafas. Tragedi Kanjuruhan yang memilukan itu membuat Indonesia disorot dunia, dimana lebih dari 100 Korban jiwa terkonfirmasi.

Jumlah korban Tragedi Kanjuruhan sendiri kini menjadi yang terbesar kedua dalam sejarah sepakbola dunia. Sebelumnya, tragedi terbesar kedua dalam sepakbola dilaporkan terjadi pada 9 Mei 2001 di Ghana.

Jumlah korban tewas dalam tragedi di Afrika itu dilaporkan sebanyak 126 orang. Saat itu tengah berlangsung pertandingan derby antara tuan rumah Hearts of Oak dengan sesama klub dari Accra, Asante Kotoko. Jumlah korban tewas Tragedi Kanjuruhan pada saat ini sudah melebihi tragedi yang menyedihkan di Ghana itu.

Sementara tragedi yang paling banyak memakan korban jiwa dalam sejarah sepakbola terjadi di Lima, Peru, pada tahun 1964. Pada saat itu 328 lebih nyawa suporter melayang.

Berbagai reaksi muncul dari Aremania setelah tragedi Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang yang memakan korban jiwa Lebih dari 100 orang.

Satu di antaranya, mereka memutuskan menggantung syal alias pensiun memberikan dukungan dari tribun saat Arema berlaga. Fenomena gantung syal ini pertama terlihat di jembatan layang, Jl Ahmad Yani, Kota Malang. Namun kini juga terlihat di beberapa jembatan layang dan tempat lain.

Setelah kejadian itu, Disetiap sisi gang dam gapura, jembatan layang, fasilitas publik. Dipenuhi spanduk spanduk bertuliskan USUT TUNTAS.

Hal ini menandakaan bahwa pecinta sepakbola, khususnya Warga malang menuntut keadilan, dan pertanggung jawaban atas peristiwa memilukan ini.

Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang meninggalkan duka tak hanya bagi Indonesia namun juga dunia sepakbola dunia, Sejumlah tokoh hingga klub sepakbola dunia pun turut menyampaikan rasa empati mereka terkait kejadian tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline