Lihat ke Halaman Asli

Media Kompas.com: Saluran Gerakan Sosial-Politik Homoseksualisme?

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Legalisasi Pernikahan Gay, Daya Pikat Terbaru Selandia Baru,” demikian judul sebuah artikel di Kompas.com, Minggu, 18 Agustus 2013.

Tulisan Josephus Primus ini memberi kesan santai dengan isi berita yang menjadi polemik di berbagai belahan dunia. Tak berhenti di situ, penyajiannya pun mengandung promosi, tak hanya Selandia Baru tapi juga praktek yang ditolak agama-agama ini.

Apakah jurnalisnya atau media Kompas.com yang mulai mengambil peran untuk meluaskan agenda homoseksualisme pada para pembaca Indonesia?

Dari berita terkait yang muncul di bagian bawah artikel, sejumlah berita berhubungan dengan praktek hubungan sejenis masih menunjukkan moderasi, yaitu tidak condong pada mendukung gerakan sosial-politik homoseksualisme.

Artikel “Gereja Singapura Serukan Gerakan Hadapi Gugatan Hukum Gay” misalnya, dengan editor Aloysius Gosaga Angi Ebo (25 Januari 2013), memuat berita tentang polemik yang dihadapi Singapura menyangkut gugatan terhadap hukum yang mengkriminalkan praktek hubungan sejenis.

Pergeseran dari Aloysius ke Primus ini yang mengundang tanda tanya.

Praktek hubungan sejenis yang sebelumnya ditentang secara global sebagai perbuatan yang tidak wajar, kini mulai merambah berbagai negara dengan alasan “persamaan hak.” Dari situ diciptakanlah 'pernikahan' sesama jenis dan pengadopsian anak oleh partner sejenis.

Gerakan homoseksual mengambil tanggal 28 Juni 1969 sebagai momentum yakni dihubungkan dengan razia polisi di sebuah bar yang kebanyakan dikunjungi oleh para pelaku hubungan sejenis di New York, Amerika Serikat .

Menurut informasi di Wikipedia dalam enam bulan setelah peristiwa itu dua organisasi aktivis homoseksual didirikan di New York, berkonsentrasi pada merumuskan taktik konfrontasi, sekaligus tiga koran diterbitkan untuk mempromosikan “hak bagi kaum gay dan lesbian.” Dalam beberapa tahun, organisasi aktivis gerakan homoseksual didirikan di seluruh AS dan di berbagai bagian dunia.

Sejumlah media online telah dengan terang-terangan mempromosikan homoseksualisme di Indonesia, namun sangat disayangkan kalau Media Kompas akan turut menjadi saluran gerakan revolusi sosio-seksual yang bertentangan dengan nilai-nilai keluarga kodrati dan cenderung bermusuhan terhadap agama ini. []




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline