Hari raya Galungan dirayakan oleh Umat Hindu setiap 6 bulan Bali (210 hari) yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon Wuku Dungulan) sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Perayaan ini memiliki perhitungan berdasarkan wuku. Perayaan hari raya galungan identik dengan penjor yang dipasang di tepi jalan atau di samping gerbang rumah menghiasi jalan yang bernuansa alami. Di jaman modern ini, apalagi sebagai tujuan pariwisata, pulau Bali kerap disorot sebagai pulau yan g indah sekaligus religious. (Penjor adalah bambu yang dihias sedemikian rupa sesuai tradisi masyarakat Bali setempat) .
Kata Galungan berasal dari Bahasa Jawa Kuno yang berarti bertarung dan menang, Galungan juga berasal dari Dungulan yang berarti menang. Di kalender Bali wuku kesebelas bernama Dugulan sedangkan di Jawa bernama wuku Galungan, namanya memang berbeda, tetapi memiliki arti sama yaitu Kemenangan.
Tepat didesa Bondalem kecamatan Tejakula kabupaten Buleleng, hampir seluruh warga desa yang merayakan Galungan membuat makan khas desa yaitu tipat/blayag dan kuah nyatnyatan atau lebih dikenal dengan kare ayam.
Nyatnyatn atau yang sering disebut kare ayam dibuat dari ayam kampung atau ayam Bali, kare ayam ini dibuat dengan bumbu cabe, terasi, garam, lengkuas, kunyit, jahe, dan menggunakan tambahan santan kelapa.
Nyatnyatan atau kare ayam bisa dimakan dengan tipat atau boleh juga dengan blayag. Pada saat hari raya tertentu warga desa Bondalem pasti akan membuat makan yang satu ini.
Banyak yang menjual makan ini didesa-desa lain bahkan sampai ke kota tepatnya pada Kota singaraja, tapi rasanya sangat jauh berbeda. didesa Bondalem mepunyai rasa khasnya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H