Lihat ke Halaman Asli

TOMCAT, Si Kecil yang Beracun

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1333210576425395317

Belakangan ini di Indonesia selain heboh demo soal BBM, tidak kalah juga berita tentang menyebarnya wabah Tomcat. Pertama kali saya mendengar nama Tomcat yang ada di otak saya adalah julukan untuk para penindak kriminal seperti si kolor ijo atau kapak merah misalnya. Ternyata si Tomcat ini bukanlah sosok kuat seperti yang saya bayangkan, namun hanyalah makhluk kecil tak berdaya. Tapi jangan salah, kecil-kecil begini ia adalah makhluk yang cukup berbahaya yang menyerang manusia dengan racunnya. Kira-kira seperti inilah wajah Tomcat. Ya, ia bukanlah kucing, macan ataupun penindak kriminal, tapi hanya seekor SEMUT. Asal Usul Tomcat Tomcat adalah sejenis Kumbang Rove, atau yang lebih dikenal dengan nama Semut Semai/Semut Kayap atau Charlie. Kumbang ini memiliki panjang yang kurang dari 1 cm. Badannya berwarna kuning gelap di bagian atas, bawah abdomen dan kepala berwarna gelap. Bagian tengah abdomen yang berwarna hijau tua mempunyai sepasang sayap keras. Biasanya, kumbang ini kelihatan merangkak di kawasan sekeliling dengan menyembunyikan sayapnya dan dalam sekali pandang ia lebih menyerupai semut. Apabila diganggu, kumbang ini akan menaikkan bagian abdomen supaya kelihatan seperti kalajengking untuk menakuti musuh. Serangga yang memiliki nama latin Celeoptera: staphylinidaeadalah (bukan Cleopatra ya :p) ini mempunyai racun 12 kali lipat lebih besar dari bisa ular cobra. Sungguh mengejutkan bukan? Rasanya sungguh aneh makhluk kecil yang bisa mati hanya dengan menginjakkan kaki kita ke atasnya ini lebih beracun dari ular cobra yang bahkan bisa menelan 1 ekor anjing. Biasanya, Tomcat hidup di daerah persawahan atau rerumputan yang lembab. Tetapi karena terjadi ketidakseimbangan ekosistem, Tomcat mulai menyerang perkotaan. Tak jarang rumah, hotel dan apartemen pun menjadi sasaran. Serangga jenis ini sangat menyukai daerah lembab, dan di malam hari, ia sangat peka terhadap cahaya dan cenderung mendekati sumber cahaya tersebut. Akibat Serangan Tomcat Bahaya dari serangan Tomcat ini bukan pada gigitannya, tapi lebih kepada cairan yang dikeluarkan dari tubuhnya. Cairan ini disebut pederin yang bersifat beracun yang dapat mengakibatkan Paederus Dermatitis (gejala memerah dan melepuh seperti terbakar).

13332123402067642375

Bagi petani, Tomcat ini cukup berjasa karena ia membantu memusnahkan hama yang menyerang padi, sehingga para petani cenderung tidak menghiraukan kehadiran serangga ini. Bagaimana Cara Mengatasi Serangan Tomcat? 1. Apabila serangga Tomcat hinggap dikulit, jangan ditepuk dan dibunuh cukup ditiup sehingga Tomcat tidak mengeluarkan cairannya di kulit. Setelah itu, basuhlah area kulit yang telah dihinggapi dengan air sabun. 2. Apabila menemukan serangga Tomcat di baju, maka segera ganti dan mandi. Ada baiknya lemari baju dibersihkan dan diberi kapur barus. 3. Jika serangga Tomcat telah berkumpul dan membentuk koloni di rumah kita, maka ada baiknya memanggil bantuan atau kita dapat menyemprotkan pestisida atau cairan sabun + deterjen dengan campuran sedikit minyak tanah. Namun ingat, sebisa mungkin hindari kontak secara langsung dengan serangga ini karena dalam keadaan terancam ia akan lebih banyak mengeluarkan cairannya. 4. Memutuskan jalur Tomcat dengan kapur barus. 5. Apabila sudah terlanjur terkena racun Tomcat, maka cuci area kulit tersebut dengan memakai sabun. Hindari menggaruk area kulit agar tidak meradang dan menjalar ke bagian lain. Olesi area kulit dengan salep betametasone + antibiotik neomycin sulfat (3 kali sehari) atau salep Acyclovir 5%. 6. Matikan lampu kamar tidur pada malam hari. 7. Jaga kebersihan agar terhindar dari serangan Tomcat. Semoga info ini berguna bagi para pembaca semua. Salam, BintangEmas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline