Antusiasme masyarakat Indonesia terhadap kehadiran pemain keturunan dalam tim nasional semakin meningkat. Harapan untuk menyaksikan peningkatan kualitas permainan timnas semakin besar, terutama dengan kehadiran pemain yang memiliki darah Indonesia tetapi tumbuh dan berkembang dalam lingkungan kompetitif di luar negeri.
Para pemain keturunan ini sering kali membawa pengalaman dan kemampuan tinggi yang telah bermain di liga-liga ternama dunia. Para pemain ini juga sangat antusias dalam membela garuda Indonesia setelah melakukan sumpah WNI.
Penggunaan pemain keturunan dalam tim nasional sebenarnya bukan hal baru dalam sepak bola dunia. Negara-negara kuat seperti Prancis dan Jerman telah lama menggunakkan pemain berdarah campuran atau keturunan asing dalam tim nasional mereka.
Hasil dari pemain ini sangat jelas terlihat. Mereka menjadi negara dengan tim sepak bola yang kuat dan memiliki keunggulan di dalam setiap bidang. Prancis, misalnya, meraih juara Piala Dunia 2018 dengan tim yang sebagian besar beranggotakan pemain keturunan afrika.
Sama halnya juga dengan Jerman yang menikmati kesuksesan serupa pada 2014, mengangkat trofi Piala Dunia dengan bantuan pemain-pemain berpengalaman yang lahir dan dibesarkan dalam budaya dan liga sepak bola yang beragam. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan pemain keturunan bukan hanya sekedar pelengkap, tetapi dapat menjadi bagian krusial yang mampu mengangkat performa tim nasional secara keseluruhan.
Di Indonesia, kehadiran pemain keturunan dalam tim nasional masih menjadi topik perdebatan. Beberapa kalangan merasa bahwa pemain keturunan mungkin tidak memiliki rasa nasionalisme yang sama seperti pemain lokal yang sepenuhnya tumbuh dan berlatih di tanah air. Banyak sekali kasus dimana masyarakat bahkan pemerintah, tidak menerima bahwa pemain keturunan ini merupakan hal positif untuk sepakbola Indonesia.
Namun, di sisi lain, kehadiran mereka juga disambut baik oleh banyak pendukung sepak bola nasional, terutama bagi mereka yang melihat potensi besar yang bisa dihadirkan oleh para pemain ini. Jika dibandingkan dengan negara-negara yang sukses dengan strategi ini, Indonesia seharusnya bisa melihat kehadiran pemain keturunan sebagai peluang.
Mereka tidak seharusnya hanya dianggap sebagai "pelengkap," tetapi dapat dilihat sebagai pemain dengan kontribusi nyata yang berpotensi memperkuat dan mengangkat performa timnas. Pemain yang dimiliki Indonesia juga bukanlah pemain yang biasa-biasa saja.