Lihat ke Halaman Asli

Bintang Hakam Rayana

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional - UPN " Veteran " Yogyakarta

Keketuaan Indonesia di MIKTA: Pintu Kesempatan dan Langkah Baru Indonesia

Diperbarui: 5 Desember 2023   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia dalam rentang satu tahun  kebelakang, banyak mendapatkan keyakinan untuk mengemban tugas keketuaan di berbagai forum / Organisasi  Internasional, contohnya seperti Presidensi G20 , Keketuaan ASEAN dan lain sebagainya. Keberhasilan Indonesia dalam menduduki posisi penting ini dapat menjadi bukti bahwa kekuatan dan pengaruh kedudukan  Indonesia memiliki peranan penting dalam berjalannya kondisi politik dunia.  Indonesia secara masif menunjukkan komitmennya untuk berpartisipasi aktif dalam bentuk kerjasama - kerjasama tingkat tinggi bukan hanya sebagai anggota, namun juga sebagai pemimpin.

 Buah dari komitmen dan keaktifan Indonesia ini, pada tahun 2023 Indonesia mendapatkan kepercayaan  baru untuk mengemban tugas sebagai salah satu pemimpin Organisasi Internasional yaitu MIKTA.  Adapun posisi keketuaan ini diberikan  secara resmi dari ketua sebelumnya yaitu  Turki , pada Kamis ( 2/3/2023) di New Delhi, India yang diwakili oleh Mentri Luar Negeri RI, Retno Marsudi. 

MIKTA sendiri merupakan singkatan nama anggota dari organisasi internasional ini, yang terdiri atas Meksiko, Indonesia, Korea Selatan , Turki , dan Australia.  MIKTA didirikan pertama kali pada pertemuan  para Menteri Luar Negeri  kelima anggota di sela Sidang Majelis Umum PBB ke - 68  di New York, Amerika Serikat.

MIKTA memiliki karakteristik yang serupa dengan organisasi internasional yang telah ada , yaitu dibentuk untuk tujuan menjawab tantangan yang ada pada setiap negara anggota, menjembatani kepentingan - kepentingan vital negara anggota agar dapat diselesaikan melalui bentuk  kerjasama yang mumpuni dan memuaskan  serta mendorong anggotanya untuk memberi solusi atas tantangan Global. Uniknya, kelima anggota MIKTA pada dasarnya tergabung dalam keanggotaan aktif G20, akan tetapi tidak ikut serta dalam dua organisasi lain yang ada di dalam G20, yaitu G7 ( Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Kanada, Perancis Jerman, Italia ), dan BRICS ( Brazil, Rusia, China, Afrika Selatan ).

 Melihat karakteristik dan keunikan MIKTA sendiri tentu sejalan dengan politik luar negeri Indonesia yang bersifat bebas dan aktif , yang mana Indonesia secara mandiri memilih jalannya sendiri dan tidak memihak sisi manapun dalam melaksanakan politik luar negerinya , Indonesia juga secara masif berusaha ikut serta dalam menjawab permasalahan - permasalahan yang sekiranya menghambat kedinamisan Dunia.

 Cita - cita Indonesia yang ingin menjadi penengah dan penawar dalam persaingan tanpa henti antar negara di dunia , dapat terwujud dengan ketersediaan Indonesia menerima estafet kepemimpinan MIKTA , karena sedari pembentukannya MIKTA memiliki visi untuk menjadi penyeimbang di tengah rivalitas negara adidaya ( great power rivalry ). Hal ini berdasar pada posisi kelima negara anggota MIKTA sebagai negara kekuatan menengah ( middle power ) di wilayahnya masing - masing. 

Selain pada cita - cita , Indonesia tentu membawa kepentingan krusial dalam keikutsertaannya di MIKTA , yaitu peningkatan peran global Indonesia, akselerasi penguatan diplomasi middle power, kepemimpinan multilateral yang inklusif, pemenuhan pengembangan infrastruktur dan sarana konektivitas, serta menggalakkan kerjasama yang mengikutsertakan peran, pendapat, dan kepentingan masyarakat.

Indonesia dalam menerima amanat keketuaan MIKTA dari Turki tentu membawa prioritas  penting. Prioritas penting ini nantinya akan dijadikan dasar dari MIKTA untuk bergerak dan berkontribusi selama berada dibawah keketuaan Indonesia. Indonesia dalam kepemimpinannya satu tahun tahun kedepan membawa  tiga prioritas utama.

 Pertama, penguatan multilatelarisme , Indonesia meyakini bahwasanya kondisi multilatelarisme dunia sedang berada di dalam tekanan, oleh karena itu  MIKTA harus menjadi garda terdepan dalam menjaga kondisi multilatelarisme , sehingga dapat mendorong kondisi keamanan, stabilitas  yang menghasilkan kemakmuran bersama.

Kedua, pemulihan yang inklusif, Indonesia prihatin dengan kondisi negara berkembang yang semakin tergerus dan memiliki kondisi masa depan yang buruk dikarenakan hadirnya berbagai masalah global, Indonesia yakin jika hal ini terus berlanjut,  persatuan di dunia hanyalah angan belaka dan dunia tidak akan bisa pulih. Atas dasar itu MIKTA harus mengambil peran dalam mewujudkan aksi untuk menghadirkan kesembuhan global yang kuat dan inklusif.

Ketiga , transformasi digital , Indonesia percaya bahwa Digitalisasi menjadi masa depan kemajuan MIKTA di berbagai bidang di masa depan , digitalisasi yang telah digalakkan di berbagai dunia dapat dimanfaatkan MIKTA sebagai sarana penguatan internal yang dapat memberikan keuntungan di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline