Saat ini, mutu merupakan faktor utama di sebuah negara untuk meningkatkan daya saing. Para ilmuwan telah sampai pada kesimpulan bahwa dalam kondisi saat ini revolusi informasi, keunggulan kompetitif tidak ditentukan oleh ukuran negara, atau oleh sumber daya alamnya yang kaya, atau dengan modal finansial dalam jumlah yang signifikan, yang paling penting adalah tingkat pendidikan dan jumlah pengetahuan yang diakumulasikan oleh masyarakat. Selain itu, pengetahuan dengan cepat menjadi usang, pengetahuan baru menggantikannya, dan proses ini akan diulang tanpa akhir. Karena itu, orang perlu belajar sepanjang waktu hidup untuk memenuhi persyaratan zaman modern tersebut
Semenjak lahirnya TQM ini, para praktisi pendidikan berbondong-bondong untuk mempelajari TQM dari berbagai guru mutu yang salah satunya adalah dari Kaoru Ishikawa. Ishikawa adalah orang yang telah memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan mutu dalam bidang industry di Jepang. Ia adalah penggerak kualitas dengan memperkenalkan dan mengembangkan quality control pada perusahaan. Dedikasi Ishikawa untuk quality control adalah lebih dari ekpektasi, tetapi juga dilandasi dengan semangat keagamaan sebagiamana yang pernah ia kataka: "Jika setiap negara memainkan perannya dalam mempromosikan quality control, maka dunia akan menemukan kedamaian, dan rakyatnya akan bisa hidup bersama harmonis dan bahagia. Perusahaan yang tidak melakukan quality control tidak akan bertahan lama".
Penyataan Ishikawa ini memberikan pesan bahwa di dalam mengelola organisasi termasuk di dalamnya organisasi pendidikan, harus menjalankan proses quality control. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga kualitas dan menjaga eksistensi organisasi dengan tujuan akhir yaitu memenuhi kepuasan pelanggan. Namun demikian, konsep mutu Ishikawa tersebut lebih banyak dikembangkan pada sector perusahaan (corporate), walaupun ia juga termasuk praktisi pendidikan di University of Tokyo sehingga sangat mungkin konsepnya tersebut dapat diterapkan pada dunia pendidikan. Untuk itulah perlu pemahaman yang komprehendif terhadap konsepnya ini agar dapat diimplementasikan dengan baik.
Biografi Singkat Kaoru Ishikawa
Kaoru Ishikawa lahir pada tanggal 13 Juli 1915 sebagai anak tertua dari delapan bersaudara Ichiro Ishikawa, presiden pertama Federation of Economic Organization of Japan. Grup ini terdiri dari pemimpin puncak komunitas bisnis antar negara. Sebagai salah satu pemimpin terkemuka, Ichiro Ishikawa menginginkan Jepang maju sebagai negara industri dan tidak jatuh kembali ke ekonomi pertanian lama. Untuk mencapai tujuan tersebut, Jepang dihadapkan pada banyak hambatan. Kualitas buruk adalah satu hambatan utamanya. Tidak seorang pun ingin membeli kembali barang-barang berkualitas rendah buatan Jepang pada saat itu. Untuk sebuah negara menjadi kekurangan bahan baku, ketidakmampuan untuk melakukan ekspor produk berarti juga ketidakmampuan untuk menghasilkan pendapatan, dan karenanya menjadi tidak mampu untuk membeli bahan baku yang dibutuhkan untuk menciptakan sekaligus mengembangkan industri secara berkelanjutan. Jadi, revolusi dalam kualitas produk menjadi hal yang sangat penting. Setelah lulus dari jurusan Kimia Terapan di Imperial University of Tokyo pada tahun 1939, Kaoru Ishikawa menjabat sebagai tenaga teknis angkatan laut selama dua tahun dan kemudian bergabung dengan Nissan Liquid Fuel Company. Di sana, ia bekerja sebagai insinyur produksi hingga 1947. Selama periode ini, Ishikawa memiliki banyak peluang untuk belajar dari pengalaman praktiknya. 6 Pada tahun 1947, Ishikawa kembali ke University of Tokyo untuk melanjutkan studinya, tetapi dia tidak terlibat dengan kontrol kualitas secara langsung. Untuk meningkatkan kualitas analisis studi eksperimentalnya, Ishikawa mulai belajar metode statistik pada tahun 1948. Dia mendekati Union of Japanese Scientists and Engineers (JUSE) pada tahun 1949 untuk mencari bimbingan dan informasi umum tentang metode statistik yang dirancang secara efektif oleh Kenichi Koyanagi, direktur pelaksana senior JUSE, sebagai penasihat akademik untuk quality control dan metode statistik. Ishikawa mengambil beberapa langkah termasuk membuat modul wajib untuk mahasiswa Teknik semester pertama di University of Tokyo, yang ia sebut "How to Use Experimental Data". Dari sinilah ia mulai terjun ke bidang quality control dan pekerjaannya di bidang itu tumbuh secara eksponensial.
Mutu Menurut Kaoru Ishikawa
Ishikawa adalah penggerak utama kualitas di Jepang. Dia memprakarsai banyak program di Jepang dan sebagian besar dikembangkan dari konsep W. Edwards Deming dan Joseph M. Juran menjadi pendekatan khas Jepang untuk peningkatan kualitas. Goetsch dan Davis9 menggambarkan dua pilar utama Ishikawa kualitas sebagai berikut: a) kualitas dan kepuasan pelanggan adalah hal yang sama, dan b) kualitas adalah konsep luas yang melampaui tidak hanya kualitas produk akan tetapi termasuk juga kualitas orang, proses, dan setiap aspek dalam organisasi. Konsep umum kualitas Ishikawa pada dasarnya adalah berfokus pada pelanggan. Terdapat beberapa konsep kualitas yang ditekankan oleh Ishikawa yaitu enam prinsip kualitas dan kualitas melalui kepemimpinan. Enam prinsipnya menjadi fundamental dalam dirinya mengajar dan membentuk paradigma kualitas di Jepang. Enam prinsip kualitas tersebut adalah: 10 a) Semua karyawan harus memahami dengan jelas tujuan dan alasan bisnis di balik pengenalan dan promosi quality control seluruh perusahaan; b) Berbagai fitur sistem mutu seharusnya diklarifikasi di semua tingkatan organisasi dan dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga orang mempunyai rasa percaya diri pada fiturfitur ini; c) Siklus perbaikan berkelanjutan harus terus diterapkan di seluruh perusahaan setidaknya selama tiga hingga lima tahun ke depan untuk mengembangkan standarisari pekerjaan. Keduanya, statistik kontrol kualitas dan analisis proses seharusnya digunakan, dan kontrol untuk pemasok harus dikembangkan dan diterapkan secara efektif; d) Perusahaan harus mendefinisikan rencana kualitas jangka panjang dan melaksanakannya secara sistematis; e) Dinding antar departemen harus dipecah, dan manajemen lintas fungsional harus diterapkan; dan f) Setiap orang harus bertindak dengan percaya diri, dan percaya bahwa pekerjaannya akan membuahkan hasil. Ishikawa memadukan ide dan prinsip ini menjadi sebuah sistem berpikir kualitas yang didefinisikan secara holistik untuk mencapai peningkatan kinerja bisnis. Enam prinsip yang dijelaskan oleh Ishikawa tersebut memberikan pengertian bahwa terdapat empat area fokus utama dari pendekatan Jepang untuk mempengaruhi kualitas yaitu melalui kepemimpinan. Menurutnya, empat fokus utama ini masing-masing menjadi sangat penting dalam kinerjanya membangun kualitas. Pertama, pasar berkualitas. Ishikawa tahu bahwa kualitas bisa memberikan kontribusi yang kuat untuk persaingan bisnis ketika sebuah organisasi mau belajar untuk mengevaluasi produk dan jasa sesuai dengan standar yang diterima pelanggan. Setelah persyaratan pelanggan dapat dipenuhi, rantai proses internal itu akan memberikan nilai lebih kepada pasar. Pendekatan seluruh perusahaan untuk pekerjaan yang berkualitas membutuhkan kepemimpinan langsung oleh manajemen puncak. Ishikawa menekankan perspektif strategis "quality first" sebagai prinsip dasar untuk filosofi operasi setiap organisasi. Dia memfokuskan pada definisi kualitas dari pandangan pelanggan daripada kinerja internal perusahaan. Penekanannya pada bisnis pelanggan saat itu menjadi unik karena sebagian besar upaya kualitas difokuskan pada kontrol kualitas industri dan aplikasi internal untuk manufaktur. Ishikawa juga menekankan bahwa pelanggan adalah satu-satunya alasan bisnis kami. Kedua, keterlibatan pekerja. Ishikawa percaya semua pekerja harus terlibat dalam peningkatan kualitas melalui tim untuk meningkatkan kemampuan individu pekerja dan meningkatkan proses kerja. Semua bekerja harus menyertakan tindakan korektif dan preventif untuk mengungkap dan menyelesaikan masalah di hilir dari titik keterlibatan pelanggan. Untuk dapat melakukan tugas-tugas ini, pekerja harus dilatih dengan alat dasar pemecah masalah dan metode kontrol dan bekerja dalam tim lintas fungsional untuk menyelesaikan masalah pada kelompok kerja. Ishikawa menekankan mengajar pekerja tentang alat kualitas dasar untuk melengkapi mereka dengan kemampuan untuk mengatur diri sendiri di lingkungan tempat mereka bekerja. Hal ini mendukung peningkatan kualitas dan produktivitas dalam manajemen. Ketiga, kualitas dimulai dan diakhiri dengan pendidikan. Untuk memahami arti sebenarnya dari ajaran Ishikawa tentang pendidikan, penting untuk mengetahui caranya bagaimana ia membedakan antara pendidikan dan pelatihan. Ia percaya bahwa pelatihan meningkatkan keterampilan dan kompetensi, dan pendidikan membangun karakter seseorang dan mengembangkan tingkat pemahaman yang lebih dalam. Ishikawa menyatukan idenya tersebut menjadi perspektif kualitas yang sistematis yang meresap hingga hari ini: "Sembilan puluh persen dari semua masalah bisa diselesaikan dengan menggunakan teknik stratifikasi data, histogram dan control charts (diagram control). Di antara penyebab ketidaksesuaian, hanya seperlima atau bahkan kurang yang dikaitkan dengan kemampuan para pekerja".
Sistem Quality Control Kaoru Ishikawa
Prestasi terbesar Kaoru Ishikawa adalah dalam penyebaran dan pengembangan quality control. Ishikawa menyatakan, "Saya yakin perdamaian dan kemakmuran dunia perlu kontrol kualitas. Inilah mengapa kontrol kualitas harus dilakukan, diajarkan dan menyebar ke seluruh dunia". 11 Quality control Jepang adalah revolusi pemikiran dalam manajemen. Ini adalah pendekatan yang mewakili cara berpikir baru tentang manajemen. Ishikawa mendefinisikan quality control sebagai berikut: "quality control adalah untuk mengembangkan, merancang, memproduksi dan melayani produk berkualitas yang paling ekonomis, paling berguna, dan selalu memuaskan bagi konsumen". 12 Untuk mencapai tujuan ini, setiap orang di perusahaan harus berpartisipasi dan mempromosikan kontrol kualitas, termasuk eksekutif puncak, semua divisi dalam perusahaan, dan semua karyawan. Ishikawa menguraikan sejumlah petunjuk dalam menerapkan quality control: 13 a. Quality control dilibatkan untuk memproduksi produk dengan kualitas yang dapat memenuhi persyaratan konsumen. Harus diingat bahwa persyaratan konsumen berubah dari tahun ke tahun dan umumnya bahkan ketika standar industri dimodifikasi, mereka tidak dapat mengimbangi persyaratan konsumen. Untuk itulah diperlukan quality control dalam melakukan proses poduksi. b. Penekanan pada orientasi konsumen. Produsen harus berpikir bahwa mereka melakukan kebaikan kepada konsumen dengan menjual produk mereka. Kebutuhan konsumen haruslah menjadi perhatian utama. Dalam istilah praktis, pabrikan harus mempelajari opini dan persyaratan konsumen, dan memperhitungkannya ketika mereka mendesain, memproduksi, dan menjual produk mereka. Ketika mengembangkan produk baru, produsen harus mengantisipasi persyaratan dan kebutuhan konsumen. Ada pepatah yang mengatakan bahwa konsumen adalah raja. Hak memilih produk ada pada konsumen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H