Lihat ke Halaman Asli

Jakarta Kota Pesisir, Ini Konsep Alex-Nono

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kian hari permasalahan di Jakarta semakin kompleks. Tindak kriminal terus merajalela. Kemacetan sudah pada titik yang mengkhawatirkan. Belum lagi banjir yang terus menghantui warga. Land subsidence atau penurunan permukaan tanah terjadi di hampir sebagian besar wilayah, khususnya Jakarta Utara.

Sejumlah ahli sepakat hal ini terjadi karena pembangunan berorientasi ekonomi dititik beratkan di daratan. Sementara pembangunan berbasis kelautan jauh dari optimal.

Padahal jika berpegangan pada faktor sejarah, budaya maritim dan proporsi luasan darat–laut Indonesia, seharusnya pembangunan lebih difokuskan pada pembangunan yang berbasis kelautan. Karenanya Pemerintah Jakarta harus memiliki konsep untuk menanggulangi dampak negatif dari pembangunan tersebut dengan konsep kota pesisir.

Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Namun apa yang terjadi sekarang?

Berdasarkan data Global Competitiveness Report tahun 2008—2009, daya saing pelabuhan di Indonesia berada pada peringkat ke-104 dari 134 negara yang disurvei. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia kalah dengan Singapura, Malaysia dan Thailand.

Menurut laporan itu, kelemahan pelabuhan di Indonesia terutama pada kualitas infrastruktur dan suprastruktur, produktivitas bongkar muat yang rendah, kondisi kongesti yang parah, serta lamanya pengurusan dokumen kepabeanan.

Kota pesisir merupakan suatu kawasan yang terletak berbatasan dengan air dan menghadap langsung ke laut, sungai, dan danau. Wilayah tersebut terletak dalam satu kota yang pada mulanya dapat diartikan sebagai simpul akhir untuk tempat penyimpanan sementara serta bongkar-muat produk yang diperdagangkan sebelum dikirim kewilayah lain, dengan kata lain biasa disebut sebagai daerah dermaga atau dockland.

Untuk mengembangkan kawasan itu, maka aspek sosial dan lingkungan di kawasan pesisir Teluk Jakarta harus mendapat perhatian serius. Sebab di kawasan tersebut ada komunitas nelayan yang sudah menyatu dengan lingkungannya.

Menurut pendapat saya, untuk dapat menjalankan konsep itu, Jakarta perlu dipimpin oleh figur yang memiliki latar belakang kelautan dan pesisir yang kuat. Memiliki visi pesisir tinggi dan mengurangi ketergantungan pada tanah. Sosok visi agraris tidak kuat karena sangat tergangtung pada alat dan fasilitas.

Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta, Alex Noerdin dan Nono Sampono memiliki background kelautan dan pesisir yang kuat. Alex Noerdin dinilai sukses dalam memimpin Sumatera Selatan. Lahir dan besar di Sumsel, dia sangat paham akan konsep perairan.

Pada abad ke-7 hingga ke-12 Masehi, Sumsel merupakan pusat kerajaan Sriwijaya yang juga terkenal dengan kerajaan maritim dan terkuat di Nusantara. Gaung dan pengaruhnya bahkan sampai ke Madagaskar di Benua Afrika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline