Lihat ke Halaman Asli

Power Ranger

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ini bukan cerita tentang jagoan yang kita elu-elukan saat masih bocah. Tak ada kisah si Gordhon atau Alpha yang punya suara aneh. Tak ada pula kisah heroisme. Yang ada hanya sebuah cerita yang saya anggap lucu.

Ceritanya begini, sore tadi saya bertemu dengan kawan saya yang sudah hampir satu tahun menjadi jurnalis di grup media papan atas.

Biasanya dia riang, ceria. Tapi kali ini tidak. Wajahnya ditekuk, senyumnya cenderung memaksa. Rokok dihisapnya dalam dan disempulnya kencang-kencang. Sesekali membuang sembarangan abu rokok meski diatas meja makan sudah tersedia asbak besar.

Saya lalu saya bertanya kepada teman saya,
"Kenapa lo?"
"Sialan nih, gue sebel banget sama power ranger."

Hah!!?? Lelaki berumur 25 tahun masih suka menonton power ranger pikir saya. Sudah sering menonton tayangan anak-anak, dibawa ke dalam hati pula. Ah ada-ada saja teman saya ini.

Tapi ia buru-buru membentak tanggapan saya. Tak mau membuat teman saya bertambah kesal saya biarkan dia kembali bercerita. Saya tanya, ada apa dengan power ranger? Siapa power ranger yang dia maksud?

Ternyata power ranger adalah istilah untuk wartawan-wartawan tua yang biasa mengkordinir amplop bagi wartawan lain. Biasanya mereka hanya mengundang teman sejawat jika sedang punya hajat. Kalau sedang liputan biasanya kerja mereka hanya numpang makan atau sekedar bersenda gurau dengan teman sebaya. Meski kadang berbaur dengan wartawan yang lebih muda.

Power ranger juga berarti wartawan yang usianya sekitar 30-50 tahun. Ada yang rambutnya sudah memutih, ada yang kulitnya sudah keriput dan ada juga yang berkacamata tebal.

Kebanyakan dari mereka justru bekerja di media-media mainstream dan terbilang cukup besar di Indonesia. Karena usianya tak lagi muda, tak heran diantaranya sudah ada yang menjadi redaktur atau jabatan lebih tinggi.

"Lalu apa salahnya mereka kalau masih mau terjun ke lapangan untuk liputan? Contoh yang baik bukan?" tanya saya.
"Bukan itu masalahnya. Power Ranger itu suka mengemplang 'jale' juniornya. Di makan sendiri dan untuk sesama power ranger."
"Maksudnya?" kata saya heran.
"Misalnya pihak penyelenggara mengundang 20 media lewat si kordinator, nah dia undang 20 media besar termasuk wartawan lawas yang kebanyakan medianya juga gak jelas. Itu hanya karena teman lama saja."
"Terus!!?" kata saya yang mulai antusias mendengarkan.
"Yah kalau sesama power ranger pasti dikasih amplop. Tapi kalau yang gak kenal apalagi wartawan baru jatahnya ya buat si power ranger yang jadi kordinator tadi." jawab teman saya.
"Kok pihak penyelenggaranya tidak komplain?"
"Ya gak mungkinlah. Karena dia sudah percaya sama power ranger tadi untuk memberi amplop kepada wartawan yang meliput." jawabnya dengan nada kesal.
"Terus kenapa lo jadi kesal. Memang gak dikasih 'jatah'?"
"Ya iya lah...!!!" ketus teman saya tadi.

Lalu saya coba ringkas cerita teman saya. Alkisah dia mendapat penugasan dari redakturnya untuk meliput launching sebuah produk ternama. Dia pun datang lengkap dengan undangan berupa fax resmi dari si empunya acara. Seperti biasa, sebelum masuk dia menulis absen dimeja registrasi yang ditunggu wanita cantik nan seksi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline