Lihat ke Halaman Asli

Hidup untuk Orang Lain

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah kalian membayangkan hidup seorang diri di tengah hutan belantara, tanpa ada satupun yang bisa diajak bicara, tanpa ada yang bisa diminta bantuan. Betapa sepi dan tak bergairah menjalani hidup. Maka hiduplah bersama orang lain, untuk orang lain, dan ada untuk yang lain.

Sebuah coretan kecil yang terinspirasi dari sang ayah. Tiap hari ku coba renungkan perilaku ayah, mencoba untuk memahami jalan pikirannya. Sanubari sedikit berkata, yang paling ku suka dari ayah adalah rasa sosialnya yang tinggi kepada masyarakat sekitar. Yang mungkin jarang dimiliki orang lain adalah beliau suka membantu orang yang sedang hajatan. Entah pernikahan, sunatan, atau event lain.

Sepele memang, namun keringat yang mengucur di sekujur badannya menandakan meluapnya rasa ikhlas dalam hati beliau, tak sepeserpun didapat. Mungkin, dengan membantu sedikit yang dimiliki bisa mengurangi bebam orang yang sedang membutuhkan.

Itulah sekelumit kisi hikmah yang akan di bahas kali ini, ada dawuh kanjeng Nabi yang sederhana namun memiliki penjabaran yang luas. Sabda beliau “Insan yang terbaik adalah mereka yang bisa bermanfaaat bagi orang lain”.

Kalau kita maknai bermanfaat dengan arti yang sempit, maka kemanfaatan yang bisa dihasilkan juga akan menjadi kecil. Tapi kalau kita bisa menggali daya kita untuk membantu sesama maka akan menjadi nilai yang besar di hadapan manusia dan juga Allah tentunya. Manfaat disini dalam arti mutlak, dalam bentuk apapun.

Manusia yang terlahir ke dunia ini memiliki kelebihan tersendiri yang mungkin tidak ada dalam diri orang lain. Kemampuan yang sudah tertanam dalam diri hendaknya bisa dimanfaatkan dengan sebaiknya dan kita tularkan kepada orang lain. Itu yang lebih baik. Entah kemampuan tersebut kecil apalagi besar.

Berbicara kemanfaatan, tentunya manusia memiliki kapasitas dan jenis yang berbeda antara satu dengan yang lain. Telah disinggung di atas, bahwa manusia juga memiliki kelebihan yang berbeda-beda. Seorang penulis akan gemar berbagi ilmu lewat jalur karya tulisnya, seorang hartawan akan membantu dengan harta yang dimilikinya, semua berdasarkan kemampuan dan kelebihan orang itu.

Kelebihan yang dimiliki hendaknya dijadikan sebuah tanda syukur kepada sang pemberi nikmat. Caranya beraneka ragam, salah satunya memberikan sedikit kemanfaatan kepada orang lain.

Seluruh hidup gus Dur dipersembahkan untuk Indonesia, Islam, dan NU. Bagaimana dengan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline