Hari Ahad 24 April 2016.
Mengawali pagi dengan semangat pagi hari. Menjumpa kelas putra di kampus IBS barat sana. Tepatnya kelas 8A2. Anak2 di jam pertama, tiada siswa kecuali berenergi utama. Berghirah syabaab pecinta ilmu dan ulama. Ah, siapa senang kan dapat pahala.
Berbincang2 sambari bercerita, menyampaikan setitik ilmu yang tak seberapa. Anak2 itu, suka diajar jika diselingi cerita, apalagi kalau ustadhnya bisa berempati kepada siswa. Di awal tadi sudah ditanya, yaa bunayya, man yaghiibu au yamrodhu al yaum ?? Wahai anakku siapakah yang absen atau sakit hari ini ??
Serempak menjawab, muhammad haarisul ma'had #PiketJagaAsrama, Dhimas jenguk ayahnnya yg sakit kecelakaan. Innalillahi... syafahullahu syifaan aajilan.. smpga Allah menyembuhkan yang sakit.
Ustadh, hari ini kelas kami jam ke-2 dipakai microteaching kelas 12 loh, ungkap salah satu siswa.
Oh ya, siapa dan ngajar apa ???
Kak Fadholi ust, ngajar bahasa arab kayaknya.
Wuih, keren kali Fadholi nih, batin saya.
Ya, memang sudah sejak sabtu kemarin siswa2 kelas 12 mengikuti ujian amaliyatu tadriis #microteaching. Tiga hari sampai senin sebanyak 23 siswa putra dan 36 siswa putri mengikuti ujian mengajar itu. Kelas 12 mengajar kelas 7 dan 8 smp. Pilihan pengantar mengajar hanya dua bahasa, bahasa arab dan bahasa inggris. Kebanyakan siswa memilih mengajar dengan bahasa arab, contohnya Fadholi diatas. Mengajar Durus lughah dengan bahasa arab.
Kenapa harus mengajar #microteaching ?? pertanyaan yang perlu dijawab
Tidak semua orang bisa berbicara di depan massa, maka kemudian siswa Bina Umat belajar dan harus bisa mengajar dan menebarkan ilmu yang sudah didapatnya selama sekolah, terang Ust Aminullah Al Wahidi M.Pd.I. saat pembekalan siswa pada Sabtu 9/4/16.