Lihat ke Halaman Asli

Khalishah Nabila Firdaus

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kesulitan di Balik Kemudahan: Judi Online Jerat Masyarakat dalam "Lingkaran Setan"

Diperbarui: 11 Agustus 2024   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judi online menawarkan kenikmatan sementara (Shutterstock)

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghasilkan uang, mulai dari cara yang
mudah hingga yang menguras banyak waktu dan tenaga. Semua memiliki proses dan hasilnya masing-masing, tergantung
bagaimana cara mereka bekerja untuk mendapatkannya. Jika diberi pilihan, antara ingin mendapatkan uang dengan jerih payah atau dengan cara yang instan, jelas orang-orang akan lebih memilih opsi kedua. Namun, cara kerja yang instan terkadang memiliki dampak yang lebih mengerikan dibanding kerja dengan proses yang lebih panjang.

Arus kemajuan teknologi memberikan kemudahan dan efisiensi dalam berbagai bidang, seperti kemudahan untuk mendapatkan informasi, memberikan inovasi dalam dunia pendidikan dan kesehatan, hingga membantu pertumbuhan ekonomi. 

Sekarang ini, mencari pekerjaan tidak lagi harus mengitari kota untuk menghampiri perusahaan atau tempat yang tengah membuka lowongan pekerjaan, karena sudah banyak aplikasi atau website yang menyediakan informasi tersebut. Selain itu, kini juga banyak macam-macam freelance atau pekerja lepas yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Namun, hal tersebut belum bisa sepenuhnya memberikan lapangan pekerjaan bagi orang-orang dengan  mudah, karena tetap ada persyaratan yang harus dipenuhi. Beberapa orang yang merasa putus asa mencari pekerjaan akhirnya mencari cara instan untuk mendapatkan uang, dan judi online menjadi pilihan mereka. 


Praktik judi online sebenarnya sudah lama terjadi. Dilansir dari tempo.co, situs web perjudian online pertama diluncurkan pada pertengahan tahun 1990-an. Dengan perkembangan internet yang semakin pesat, praktik ini pun semakin marak dilakukan.

Banyak faktor yang menjadi alasan mengapa masyarakat melakukan judi online, seperti faktor lingkungan dan kurangnya literasi keuangan, tetapi yang menjadi pendorong utamanya adalah faktor ekonomi. Dalam artikel pusiknas.polri.go.id, psikologis teknis Tri Iswardani mengatakan bahwa faktor utama masyarakat bermain judi online adalah karena kebutuhan ekonomi yang meningkat, hal tersebut kemudian membuat seseorang menggunakan cara
instan untuk menghasilkan uang, dan akhirnya terjerumus ke dalam permainan judi online.

Niat hati ingin memperbaiki ekonomi, justru malah memberikan dampak negatif yang signifikan. Banyak uang yang harus dikeluarkan untuk bermain judi online, padahal hasil belum pasti, dan akhirnya membuat dirinya harus menyimpan banyak hutang. Tak jarang keluarga pun ikut menanggung beban hutang akibat Kebiasaan berjudi salah satu anggotanya.

Setelah hutang menumpuk, berbagai cara mulai dilakukan untuk melunasinya. Salah satunya dengan melakukan transaksi pinjaman online yang awalnya terlihat memberikan kemudahan, padahal nyatanya akan memberikan kesulitan baru dengan memberikan bunga yang cukup
besar jika telat membayar. Kemudian, mereka yang telah tercekik hutang karena judi online sering kali melakukan jalan pintas dengan melakukan aksi kriminal seperti melakukan penipuan. Dapat kita pahami bahwa lingkaran setan ini tentunya tidak hanya merugikan suatu
individu, tetapi juga masyarakat lain di sekitarnya.

Kecanduan judi online tidak hanya menghancurkan perekonomian suatu individu dan masyarakat di sekitarnya, melainkan bisa ikut membahayakan ekonomi negara. 

Menurut laporan dari metrotvnews.com, pada tahun 2023, perputaran uang dari judi online mencapai Rp327 triliun dengan total 168 juta transaksi. Hal ini menunjukkan betapa besar sumber daya keuangan yang tersedot ke dalam kegiatan yang tidak produktif dan merugikan, seperti yang dilansir dari liputan6.com, uang yang digunakan untuk bermain judi sebenarnya bisa digunakan untuk keperluan yang lebih produktif untuk membantu perekonomian lokal. Aliran
uang ke perjudian mengalihkan dana dari sektor ekonomi produktif, kemudian berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat luas, hal ini pula yang menyebabkan pedagang dan pengusaha lokal kesulitan untuk bekembang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline