Lihat ke Halaman Asli

Binar NajwaNurkhalidah

Mahasiswa Universitas Airlangga

Pengaruh Aktivitas Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut pada Remaja

Diperbarui: 2 Juli 2022   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Merokok merupakan aktivitas yang membakar tembakau dan kemudian dihisap asapnya.Merokok masih menjadi suatu kebiasaan yang terjadi di masyarakat. Kebiasaan merokok dapat memberikan dampak negatif cukup besar terhadap masalah kesehatan, baik perokok pasif maupun aktif. Meskipun merokok telah terbukti memiliki dampak negatif besar terhadap kesehatan, tetapi kebiasaan ini  sangat sulit untuk dihilangkan. Secara umum, komponen rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponnen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%). Komponen gas asap rokok terdiri dari karbonmonoksida, karbondioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Partikel rokok terdiri dari tar, nikotin, benzatraccne, benzopiren, fenol, cadmium, indol, karbozol, dan kresol. Zat-zat tersebut merupakan zat-zat dan menimbulkan kanker (karsinogen).

Merokok dapat menyebabkan gangguan terhadap gigi dan rongga mulut. Aktivitas rokok mengakibatkan penyakit karies akar. Selain itu, ditemukan adanya kapasitas saliva pada perokok dan bukan perokok. Hal ini, juga berkaitan dengan penyakit karies. Resiko kehilangan gigi pada perokok, tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan perokok. Komponen toksik pada rokok dapat mengiritasi jarinngan lunak rongga mulut, dan menyebabkan terjadinya infeksi mukosa, dry socket, memperlambat penyembuhan luka, memperlemah kemampuan fagositosis, dan dapat mengurangi asupan aliran darah ke gingiva.

Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyebutkan bahwa prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang merokok berjumlah 20,5%. Usia merokok pada remaja di Indonesia sekarang adalah usia mulai merokok semakin muda (dini). Perokok pemula usia 10-14 tahun meningkat lebih dari 100% dalam kurang dari 20 tahun. Faktor yang mempengaruhi remaja usia dini untuk merokok antara lain hasil dari pengaruh tekanan teman sebaya, berteman dengan perokok usia muda, status sosial ekonomi rendah, mempunyai orang tua perokok, serta berada di lingkungan perokok.

Berdasarkan penelitian pada tahun 2018 menjelaskan bahwa pengetahuan remaja Indonesia tentang pengaruh aktivitas rokok bagi kesehatan gigi dan mulut sudah baik. Namun, aktivitas merokok tetap sulit untuk dihilangkan pada remaja. Remaja Indonesia perlu disadarkan, bukan hanya diberi penyuluhan namun juga harus dipraktekan agar mengurangi tingkat populasi perokok di Indonesia. Selain kesadaran dalam diri remaja, harus diikuti dengan lingkungan yang mendukung. Orang tua, guru, maupun dosen memiliki peran yang penting dalam mengajarkan para remaja untuk tidak merokok.

Adapun beberapa upaya pencegahan yang perlu dilakukan agar remaja Indonesia terhidar dari rokok, antara lain

  • Memberikan contoh tidak merokok terhadap remaja
  • Memfokuskan pergaulan remaja
  • Berteman pada orang yang tidak merokok
  • Memberikan alternatif pengganti rokok, misal permen atau coklat
  • Edukasi bahaya rokok pada kesehatan gigi dan mulut
  • Mencari tau alasan merokok pada remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline