Sejak hari senin yang lalu hujan terus mengguyur KM 38 Balikpapan -Samarinda, walaupun dalam intensitas yang turun naik seperti suhu badan koalisi partai, jadi tidak sampai menimbulkan banjir seperti di aceh beberapa waktu lalu, namun cukup mengkhawatirkan sehingga cucian yang telah dijemur harus dikandangkan di teras dan dalam rumah dengan resiko timbul bau lembab dan cadangan pakaian yang terus menyusut karen tidak ada pasokan baru yang kering dan berbau harum seperti di Iklan-iklan. Jadinya tidak hanya BBM dan bahan pangan saja yang harus dihemat, bahkan pakaian bersih dan kering pun harus dihemat.
Saya tidak tahu apakah hujan yang berkepanjangan pada akhir bulan maret ini ada hubungannya dengan Tsunami di jepang atau memburuknya kondisi iklim akibat perubahan iklim secara drastis, atau ada hubungannya dengan kisruh politik di timur tengah, atau justru ada hubungannya dengan fenomena Super Moon yang sempat saya salah baca menjadi Sailor moon, entahlah. Yang saya mengerti, hujan terjadi karena adanya gumpalan awan2 H2O yang sudah matang dan berat akhirnya jatuh ke bumi. Tak mampu saya bayangkan berapa banyak partikel-partikel H2O yang menumpuk dan menggantung di langit KM 38 ini, pastilah banyak sekali tentunya.
Kembali ke akibat hujan selama empat hari ini, laiknya manusia biasa, saya mengalami perubahan jam biologis untuk waktu lapar saya. jika biasanya setelah sarapan bisa bertahan hingga jam 11 siang, karena hujan, maka pada jam 9 pagi usus perut saya langsung berkerut-kerut memanjang-memendek karena suhu udarayang terlalu adem bagi mereka. Seperti orang menghangatkan badan dengan cara gerak badan, saya rasa begitu jugalah yang terjadi pada perut saya. saya bayangkan mereka gerak usus didalam sana. memanjang-memendek. Berkerut-berenggang. Entahlah kalau ada lari-lari ditempat.
karena kondisi perut ini, saya akhirnya harus menambah pasokan setiap jam 9 pagi, pergi ke kantin, dan mengambil beberapa tangkap fried bread. begitu juga jika hujannya keterusan hingga sore hari. jika biasanya saya makan malam jam 7 malam, karena hujan, saya harus rela menambah pasokan pangan pada jam 5 petang. Wah, gagal program diet saya kalo hujan begini.
Begitulah yang terjadi di Km 38 jika hujan selama 4 hari terus menerus dengan intensitas turun naik, tentu saja pada orang lain saya tidak tahu karena mreka juga tidak memberitahukannya kepada saya dan saya juga tidak menyakannya kepada mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H