Lihat ke Halaman Asli

Kerjasama Pertahanan ASEAN: Menuju tabilitas regional di tengah dinamika Global

Diperbarui: 27 Desember 2024   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nama : M. Bintang Taufiiqul Hakim Rameva
NIM : 07041382227207
Mata Kuliah : Kerjasama Pertahanan Asean
KERJASAMA PERTAHANAN ASEAN: MENUJU STABILITAS REGIONAL DI TENGAH
DINAMIKA GLOBAL
Abstrak
Kerjasama pertahanan ASEAN menjadi instrumen kunci dalam menjaga stabilitas dan keamanan
di kawasan Asia Tenggara. Dengan meningkatnya tantangan keamanan tradisional dan non-
tradisional, seperti sengketa Laut Cina Selatan, terorisme, dan bencana alam, ASEAN
memperkuat kerjasama melalui forum seperti ASEAN Defence Ministers' Meeting (ADMM) dan
ADMM-Plus. Paper ini membahas urgensi dan efektivitas kerjasama pertahanan ASEAN dalam
merespons tantangan global serta menyoroti peluang dan hambatan yang dihadapi. Melalui
pendekatan kolektif, ASEAN berupaya membangun kepercayaan dan interoperabilitas di antara
anggotanya tanpa mengancam kedaulatan nasional. Penelitian ini merekomendasikan
peningkatan kapasitas militer, koordinasi diplomatik yang lebih solid, dan penguatan integrasi
teknologi sebagai langkah ke depan dalam memperkuat keamanan regional.
Pendahuluan
Asia Tenggara merupakan kawasan strategis yang memiliki potensi besar, baik dari segi
ekonomi, politik, maupun keamanan. Namun, kawasan ini juga rentan terhadap berbagai
ancaman yang dapat mengguncang stabilitas regional. Sengketa wilayah, terorisme, kejahatan
lintas negara, dan bencana alam menjadi tantangan yang memerlukan perhatian khusus. ASEAN,
sebagai organisasi regional yang mengedepankan prinsip stabilitas dan persatuan, berkomitmen
untuk memperkuat mekanisme pertahanan melalui berbagai inisiatif kolektif. Pembentukan
ASEAN Defence Ministers' Meeting (ADMM) pada tahun 2006 dan ASEAN Defence Ministers'
Meeting Plus (ADMM-Plus) pada tahun 2010 menandai langkah signifikan dalam memperkuat
dialog dan kerjasama di bidang pertahanan.
Di tengah dinamika global yang terus berubah, seperti meningkatnya ketegangan antara Amerika
Serikat dan Tiongkok serta ancaman keamanan siber yang kian kompleks, ASEAN perlu
beradaptasi untuk menjaga relevansi dan efektivitasnya. Pendekatan non-intervensi dan
konsensus yang dipegang ASEAN sering kali dipandang sebagai kekuatan sekaligus kelemahan.
Oleh karena itu, paper ini akan membahas sejauh mana ASEAN mampu memanfaatkan
kerjasama pertahanan untuk merespons ancaman tersebut, mengidentifikasi tantangan yang
dihadapi, serta mengeksplorasi peluang yang dapat dimanfaatkan guna memperkuat kapasitas
keamanan regional.
Pembahasan
Kerjasama pertahanan ASEAN bertumpu pada prinsip saling menghormati kedaulatan dan tidak
mencampuri urusan internal negara anggota. Prinsip ini tercermin dalam pendekatan yang
menitikberatkan pada diplomasi dan pembangunan kepercayaan di antara anggotanya. Forum
ADMM menjadi platform utama untuk merancang strategi kolektif dalam menghadapi berbagai
tantangan keamanan. Melalui pertemuan tahunan, negara anggota ASEAN mendiskusikan isu-isu
strategis dan merumuskan kebijakan bersama, termasuk kerja sama dalam pelatihan militer,
simulasi bencana, dan operasi kemanusiaan.
Ekspansi kerjasama melalui ADMM-Plus memungkinkan ASEAN untuk berkolaborasi dengan
mitra eksternal seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Australia, dan India. Kerjasama ini
memberikan akses terhadap teknologi militer yang lebih canggih dan membuka peluang untuk
latihan militer gabungan yang meningkatkan interoperabilitas pasukan. Misalnya, latihan
maritim multinasional yang melibatkan anggota ASEAN dan negara mitra telah membantu
memperkuat respons terhadap ancaman di laut, seperti pembajakan dan perdagangan manusia.
Namun, di balik upaya tersebut, ASEAN masih menghadapi berbagai tantangan yang
memerlukan perhatian serius. Sengketa Laut Cina Selatan menjadi salah satu isu yang paling
krusial. Klaim teritorial oleh Tiongkok di wilayah yang tumpang tindih dengan beberapa negara
anggota ASEAN menimbulkan ketegangan yang menguji solidaritas internal blok ini. Meskipun
ASEAN telah mendorong penyusunan Code of Conduct (CoC) untuk mengelola konflik ini
secara damai, kemajuan yang lambat menunjukkan adanya kesulitan dalam mencapai konsensus
yang mengikat.
Selain sengketa teritorial, ancaman terorisme lintas negara juga menjadi tantangan besar. Insiden
seperti pengepungan Marawi di Filipina Selatan oleh kelompok yang terafiliasi dengan ISIS
menyoroti perlunya kerja sama yang lebih erat dalam pertukaran intelijen dan operasi kontra-
terorisme. ASEAN telah merespons melalui pembentukan forum intelijen bersama, namun
implementasinya masih terbatas karena adanya perbedaan prioritas dan kapabilitas di antara
negara anggota.
Di sisi lain, ancaman siber semakin meningkat seiring dengan ketergantungan yang semakin
besar terhadap teknologi digital. Serangan terhadap infrastruktur penting, seperti jaringan energi
dan keuangan, memerlukan langkah-langkah yang lebih terkoordinasi dalam memperkuat
keamanan siber regional. ASEAN telah memulai inisiatif pelatihan dan simulasi serangan siber,
tetapi keterbatasan teknologi dan sumber daya masih menjadi hambatan yang harus diatasi.
Selain ancaman tradisional, ASEAN juga harus menangani tantangan non-tradisional seperti
bencana alam dan krisis kemanusiaan. Kawasan ini sering dilanda gempa bumi, banjir, dan topan
yang membutuhkan respons cepat dan terkoordinasi. Mekanisme bantuan kemanusiaan melalui
ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance (AHA Centre) telah menunjukkan
efektivitas dalam mengelola bencana. Namun, untuk menghadapi bencana yang lebih besar,
ASEAN memerlukan peningkatan kapasitas logistik dan teknologi yang lebih baik.
Kerjasama pertahanan ASEAN juga menghadapi kendala internal, seperti perbedaan anggaran
militer dan ketergantungan beberapa negara anggota pada kekuatan eksternal. Ketergantungan ini
berpotensi menciptakan ketidakseimbangan kekuatan di dalam ASEAN dan mengancam
solidaritas regional. Oleh karena itu, ASEAN perlu memperkuat kemandirian militer dan
diplomatiknya untuk mengurangi ketergantungan tersebut tanpa mengorbankan prinsip
netralitasnya.
Meski demikian, ASEAN memiliki peluang besar untuk memperkuat kerjasama pertahanan
melalui pengembangan teknologi militer bersama, peningkatan pelatihan gabungan, dan
kolaborasi yang lebih erat dengan mitra eksternal. Investasi dalam kecerdasan buatan dan sistem
pertahanan siber yang canggih dapat meningkatkan efektivitas operasional, sementara latihan
militer bersama akan memperkuat interoperabilitas pasukan. ASEAN juga dapat memanfaatkan
kerjasama dengan mitra strategis melalui ADMM-Plus untuk mempercepat transfer teknologi
dan memperluas kapasitas pertahanannya.
Kesimpulan
Kerjasama pertahanan ASEAN memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas dan
keamanan di kawasan Asia Tenggara. Melalui forum seperti ADMM dan ADMM-Plus, ASEAN
telah membangun platform yang memungkinkan dialog dan kolaborasi strategis dalam
merespons ancaman tradisional dan non-tradisional. Namun, tantangan seperti sengketa Laut
Cina Selatan, ancaman terorisme, serangan siber, dan bencana alam menuntut langkah-langkah
yang lebih konkret dan terkoordinasi.
Ke depan, ASEAN harus memperkuat kapasitas militernya, memperluas penggunaan teknologi
pertahanan, dan mempererat hubungan dengan mitra strategis. Dengan pendekatan ini, ASEAN
dapat mempertahankan posisinya sebagai blok regional yang solid dan mampu menghadapi
dinamika keamanan global yang terus berubah.
Daftar Pustaka
* Acharya, A. (2014). Constructing a Security Community in Southeast Asia:
ASEAN and the Problem of Regional Order. Routledge.
* Emmers, R. (2017). Security Strategies in the Asia-Pacific: The Role of ASEAN.
Routledge.
* Goh, E. (2013). The Struggle for Order: Hegemony, Hierarchy, and Transition in
Post-Cold War East Asia. Oxford University Press.
* Tan, S. S. (2015). The Responsibility to Provide: ASEAN and Regional Conflict
Management. Journal of International Affairs, 69(2), 75-93.
* Thayer, C. A. (2020). ASEAN and Regional Security: Prospects for Cooperation.
Asian Security, 16(1), 1-20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline