Lihat ke Halaman Asli

Bisnis Jurnalistik

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Money in briefcase

Sebuah fiksi tentang realitas politik, keserakahan, dan ironi. Bisnis jurnalistik kini melesat menjadi bisnis yang sangat menjanjikan. Keuntungan bersih yang didapat dari menjalankan bisnis ini, tak hanya menguntungkan secara materi, tapi juga secara “pribadi”. Baru-baru ini, pengusaha yang juga menteri koordinator men-tidaksejahterakan rakyat (disingkat  menkomesra) Aburisol Baki, yang akrab dipanggil  “Risol” merasakan manfaatnya. Menteri berambut klimis ini, menggunakan media elektonik miliknya, TV Won, untuk mengantar dirinya menuju pucuk pimpinan partai Golbar. Lewat tayangan program berita dari TV Won, nama Aburisol Baki seakan dibersihkan dari segala dosa-dosa terdahulunya. Padahal seluruh masyarakat Indonusa tahu, bahwa Aburisol Bakki, adalah “Man Behind” tragedi lumpur lap-indro, di jawa timur. Namun berkat sokongan finansial yang kuat dari Aburisol Baki pada presiden Es Bi Wai, maka Aburisol Baki, bagaikan striker kesebelasan sepak bola AC Milan – Filippo Inzaghi, selalu lolos dari jebakan offside dan kawalan pemain belakang. Namun keberhasilan Aburisol Baki mencapai tahta partai golbar, tidak dicapai dengan mudah. Perlawanan ketat datang dari sesama pengusaha, Suria Faloh, pengusaha yang juga mempunyai stasiun tv berita, Merto TV. Suria Faloh memanfaatkan Merto TV sebagai “tools to gain political strength” , lewat pemberitaan yang selalu menayangkan pidato Suria Faloh dalam durasi yang bahkan lebih lama dari durasi pidato presiden Es Bi Wai. Tiga menit, lima menit, bahkan lebih, terasa tak pernah cukup untuk menayangkan pidato Suria Faloh dalam program berita Merto TV. Sebab, TV Won, punya senjata ampuh untuk menaikkan pamor Aburisol Baki, yaitu lewat program bedah calon ketua partai Golbar. Tapi sayangnya Suria Faloh dan Merto TV nya tidak berhasil  menandingi kekuatan fulus dari Aburisol Baki, yang sempat menyatakan akan mengucurkan dana 1 Trilliun Rupiah untuk dana abadi partai Golbar. (Padahal menurut sumber intelejen, Aburisol Baki berhutang pajak kepada Negara sebesar 800 Milliar Rupiah). Bisnis Jurnalistik ; Beli 1 Dapat 1 Keberhasilan Aburisol Baki menduduki tahta partai Golbar, dengan menggunakan TV Won sebagai senjatanya, membuat Aburisol Baki harus memberi upeti pada presiden Es Bi Wai. Maka sebagai tanda terima kasih, diangkatlah “Risol” lainnya untuk menjadi salah satu ketua DPP Golbar, yaitu “Risol Malah Langgeng”. Pengangkatan Risol Malah Langgeng sebagai salah satu ketua DPP Golbar, menimbulkan kontroversi di internal partai. Suara-suara menolak Risol Malah Langgeng, semakin menguat di internal partai. Sementara dari external partai, muncul beribu tanda tanya, dan beribu pula gelengan kepala dari para jurnalis, pengamat politik, dan aktivis.

rejection-blog

Kehadiran Risol ditentang, pasalnya ia adalah ketua tim kampanye pasangan capres – cawapres Es Bi Wai dan Budi Londo. Pada masa kampanye, Risol seringkali menyerang partai Golbar dengan isu-isu untuk menjatuhkan pasangan Jusuf Karma dan Wiratna. Apalagi Risol Malah Langgeng sebelumnya tidak pernah menjadi anggota partai Golbar, dan terkenal “Licin” dan “tidak setia” dalam berpolitik. (Laiyaa laah mana ada politikus yang setia….!!) Masuknya Risol ke dalam kepengurusan partai golbar, semakin menambah daftar rentetan panjang, akibat bisnis jurnalistik yang dipraktekkan Aburisol Baki. Kini sadar atau tidak, sebagian wartawan yang mencari sebongkah roti di TV Won, hanya bisa menyesal telah membiarkan diri mereka, prinsip dan harga diri mereka, dijual, digadaikan demi kepentingan politk segelintir orang semata.
Kepentingan politik, yang tiada manfaat bagi rakyat republik Indonusa tercinta.

Bima Marzuki Kuala Lumpur 17 Oktober 2009




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline