Lihat ke Halaman Asli

Titin Rahmawati

Jarang pake sendok

Apresiasi Untuk Aho, Memberi Bantuan Tepat Sasaran

Diperbarui: 11 November 2015   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gizi buruk kembali menjadi topik hangat setelah sekian lama. Masalah kesehatan klasik yang kerap menyerang masyarakat kelas menengah kebawah terutama balita. Pemantiknya adalah seorang bocah yatim piatu bernama Reki (9 tahun) yang tinggal bersama kakek dan neneknya yang kurang mampu di Jakarta Utara. 

Menurut berita terkini, Reki menderita gizi buruk, anemia dan tuberkulosis. Reki yang saat ini berusia 9 tahun berat badannya hanya 11 kg. Seharusnya saat ini berat badan Reki 26 kg (rumus berat badan ideal anak umur 1-10 tahun : 2n+8 dengan n adalah umur anak). Setelah dirawat di RSUD Koja Jakarta Utara dan dilakukan cek lab, ternyata hb Reki hanya 7,2 g% (Hb toleransi : 10 g%). Anemia seperti ini biasa terjadi jika seseorang tidak mendapat asupan makanan yang bergizi cukup untuk kebutuhan sehari-hari, terutama zat besi yang penting untuk pertumbuhan seorang anak. Kekurangan gizi pun menyebabkan seseorang menjadi ringkih, daya tahan tubuh lemah sehingga penyakit ringan seperti batuk dan pilek bisa jadi berbahaya karena antibodi tidak mampu melawan serangan penyakit seperti ini. 

Setelah diberitakan di beberapa media online mainstream, bantuan untuk Reki dan keluarga terus mengalir dan sampailah kisah ini ke PLT Gubernur DKI Jakarta, Basuk Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok. Ahok berniat mengunjungi Reki sekaligus memberi bantuan kepada Nenek Reki. Setelah melakukan kunjungan ke RSUD Koja, Ahok mengurungkan niatnya untuk memberi bantuan kepada Nenek Reki. Ada apa?


"Saya tanya, anaknya lahir sehat enggak? Sehat 3,7 kilo. Berarti ini ada kesalahan gizi buruk dari kecil. Terus dia pernah enggak masuk puskesmas kita rawat? Pernah 2 kali. Ini aja dia mau minta pulang. Kenapa minta pulang? Saya langsung tebak, 'Ibu suka dapet bantuan dari yayasan ya, gara-gara cucu anda seperti ini kondisinya'. Saya enggak tahu, saya curiga seperti itu. Makanya saya tanya, berapa dia dapat bantuan? Tadi saya sudah bawa uang, jujur saja. Begitu saya tanya gitu, lihat kondisi nenek gitu langsung bilang sama ajudan, enggak usah kasih, kita urus saja anaknya," ujar Ahok di RSUD Koja (detik.com)

***

Sikap tegas Ahok wajib diapresiasi. Meskipun keputusan Ahok ini mungkin akan membuatnya kurang populer di mata banyak orang. Bagaimana bisa seorang pemimpin begitu pelit, sudah menyediakan dana tapi batal memberikannya. Apakah dia tidak malu dengan rakyat? Namun setelah membaca pernyataan Ahok diatas, sudah jelas lah alasan batalnya bantuan untuk si Nenek. Ada kemungkinan jika bantuan diberikan langsung kepada Nenek Reki, bisa jadi disalahgunakan. 

Selama ini Ahok begitu banyak menerima laporan penyimpangan bantuan, tidak pada tempat yang seharusnya diperuntukkan. Contoh dahulu adalah ketika Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang seharusnya digunakan pelajar di berbagai tingkat pendidikan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya, malah digunakan orang tua mereka untuk membeli emas, jajan di mall, bahkan poligami (yang terakhir mungkin hanya candaan pak gubernur). Yang jelas penyimpangan ini sudah terendus dan bantuan ini pun akan diperketat pemantauannya sehingga tidak disalahgunakan lagi.

Belajar dari sikap Ahok untuk menyumbang secara tepat untuk menyelesaikan masalah intinya. Penyalahgunaan bantuan yang menjadi headline nasional pernah terjadi saat TKW bernama Darsem yang bekerja di Arab Saudi terancam hukuman mati karena membunuh majikannya. Rakyat terprovokasi ulah oknum dan organisasi tertentu yang menuding pemerintah tidak peduli nasib TKW diseberang sana, padahal pemerintah sedang mengupayakan negosiasi. Melalui oknum dan organisasi itu mereka mengumpulkan dana hingga mencapai jumlah yang fantastis, 1,2 Milyar. Ketika dana telah terkumpul, ternyata uang tebus Darsem sudah dibayarkan oleh pemerintah. Apa kabar 1,2 Milyar sumbangan itu? Diberikan secara cuma2 untuk Darsem yang menyebabkannya sombong di kampung halamannya. Contoh sumbangan salah sasaran kelas nasional. 

Mari mulai dari diri kita sendiri terhadap hal yang kecil. Tidak memberi sumbangan kepada pengemis yang masih sehat adalah salah satu upaya mencegah sumbangan salah sasaran. Begitu pula dengan pengemis yang membawa anak kecil dan pengemis yang berpenyakit. Alangkah baiknya kita menawarkan bantuan ke dinas sosial kepada mereka daripada memberi uang langsung. 

Memberi sumbangan secara ikhlas itu baik, namun memberi sumbangan secara ikhlas dan tepat sasaran itu yang lebih utama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline