Lihat ke Halaman Asli

Titin Rahmawati

Jarang pake sendok

Gambar Seram yang Tidak Seram pada Bungkus Rokok

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14235523972065813279

[caption id="attachment_396017" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi peringatan bergambar dalam kemasan rokok. (kompas.com/cnn.com)"][/caption]

Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi mengeluarkan kebijakan bahwa sejak tanggal 24 Juni 2014, pada bungkus rokok harus terdapat gambar seram sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 109 Tahun 2014 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Gambar seram yang dimaksud adalah gangguan yang terjadi akibat merokok seperti kanker paru, kanker mulut, kanker pita suara, gambar bapak yang sedang merokok sambil gendong anak, dan gambar asap rokok berbentuk tengkorak

Latar belakang tulisan ini adalah pengalaman pribadi saya saat membantu ibu berjualan di toko. Sejak ayah meninggal 3 bulan yang lalu, kami meneruskan usaha toko peninggalan ayah. Toko kelontong yang menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga, sembako dan juga rokok. Seperti sebelumnya saat ayah masih menjalankan toko ini, barang yang paling laris terjual di toko kami adalah beras dan rokok.

Meskipun jenis dan harga rokok beragam, kami cepat hafal karena terlalu laku. Begitu pula dengan gambar-gambar seram yang ada pada bungkus rokok, sudah terbiasa dan tidak jijik lagi. Pembeli rokok beragam latar belakang dan usia. Ada yang membeli untuk konsumsi pribadi dan ada yang membeli secara banyak untuk dijual lagi. Biasanya ibu-ibu yang membeli secara grosiran. Anak-anak tidak diijinkan membeli dengan berbagai alasan. Misalnya 'rokok merek A habis' atau 'rokok merek B tidak dijual eceran'.

Terdapat fenomena menarik saat kami melayani beberapa pembeli rokok. Misalnya bapak A membeli rokok merek B. Ketika disodorkan, dia langsung minta ganti, "Dek, ganti dengan gambar tengkorak ya, gambar anak kecil juga boleh." Mau tidak mau harus dituruti. Lumayan jika beli sebungkus, namun jika beli grosiran, membuat repot di mana kami harus membuka beberapa slop rokok hanya untuk mencari gambar "tidak seram".

1423500129698498963

***

Berdasarkan penelitian di AS, 2012, gambar pada bungkus rokok memang lebih efektif daripada peringatan bentuk teks. Tim peneliti menyimpulkan ini setelah mempelajari jenis label peringatan mana yang mencegah orang dewasa merokok. Peringatan bahaya merokok pada bungkus atau kemasan rokok yang lebih keras, lebih baik — ungkap penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Preventive Medicine itu (sumber dari http://rsud.lebakkab.go.id/). Sayangnya tingkat keefektifannya berkurang ketika tidak semua gambar dinilai menyeramkan. Perokok tetap bisa mengambil celah dengan membeli rokok yang bergambar kurang seram, seperti apa yang kami alami.

Adapun wacana baru dari pemerintah untuk urusan bungkus rokok adalah mewajibkan gambar seram dicantumkan seluas 70% dari bungkus rokok dan rokok hanya bewarna putih polos dengan merek dan gambar seram sehingga membuat tampilan rokok tidak begitu atraktif. Jika boleh menambahkan, maka saran saya adalah hapuskan dua gambar tidak seram, yaitu gambar asap tengkorak dan bapak menggendong anak sambil merokok. Bisa digantikan dengan gambar kerusakan anggota tubuh lainnya seperti penyakit jantung, kanker usus, dll. Tidak sulit mencari gambar seram untuk bungkus rokok karena memang benar bahwa rokok banyak akibat buruknya untuk tubuh seseorang

***

Mungkin ada pembaca tulisan ini yang bertanya-tanya, "Kenapa si mbak ini terkesan menjelek-jelekkan rokok padahal dirinya pedagang rokok, gak takut rugi mbak?". Kalau memang karena tulisan ini rokok jadi sepi peminat ataupun produsen rokok keberatan memasukkan produknya ke toko kami (mungkin saja), anggap saja rezeki kami memang bukan dari jualan rokok. Saya hanya menginginkan para perokok sekalian membeli rokok, mengerti bahayanya dengan melihat secara visual, kemudian memutuskan apakah akan menggunakannya atau membuangnya secara seksama. Bukan mencari celah lewat gambar tidak seram. Alangkah senangnya jika gambar tidak seram itu diganti menjadi gambar yang lebih seram

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline