Lihat ke Halaman Asli

Faktor Luck Sistem Penerimaan Mahasiswa di Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : boyolalipos.com

[caption id="" align="alignnone" width="640" caption="sumber gambar : boyolalipos.com"][/caption]

Mahasiswa, status tertinggi dalam dunia pendidikan yang banyak di idam-idamkan orang. Pastilah semua orang ingin melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi, hanya sedikit orang yang tidak ingin melanjutkan. Kebanyakan juga dari yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi adalah dari faktor ekonomi, kesadaran akan pendidikan, dan lain halnya.

Saya mencoba untuk mengulas tentang sistem penerimaan mahasiswa baru yang saya rasa sangat tertutup dan tidak transparan. Bagaimana bisa kita benar-benar tahu bahwa kita memang pantas menjadi mahasiswa ? coba saja kita lihat. Untuk tahun ini penerimaan mahasiswa baru secara umum dibagi menjadi dua. Yaitu SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Pergutuan Tinggi Negeri) dan juga SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) . Saya coba tanya, apakah ada yang tahu bagaimana penilaian SNMPTN ? saya rasa banyak anak-anak SMA yang kecewa dia tidak lolos SNMPTN walaupun dia merasa nilai rapornya sudah baik. Bahkan nilai rapor temannya yang ada diwabahnya bisa lolos pada jurusan yang sama yang ia pilih.

Coba kita pikirkan. Bagaimana efektif jalur ini ? saya rasa ini kurang efektif dan kurang merata. Karena masih banyak didominasi sekolah-sekolah regional di sekitar PT dengan kata lain putera daerah. Sangat miris jika kita lihat putera-putera dari daerah yang didaerahnya tidak memiliki PT yang unggul . Mereka ingin merantau tapi pasti lah susah jika mereka mengandalkan jalur SNMPTN yang hanya menggunakan nilai rapor. Bagaimana mungkin nilai rapor hanya dijadikan acuan penerimaan mahasiswa ? nilai kejujuran dan kesuilitan mencari nilai disekolah-sekolah sangatlah berbeda. Selain itu, sangat-sangat tidak jelas bagaimana penilaiannya. Kita tidak benar-benar tahu posisi kita dimana . Semisal kuota suatu jurusan di PT adalah 50. Lalu kita daftar pada pilihan pertama dan tidak lolos. Kita juga tidak benar-benar tahu berapa nilai kita ? berapa nilai minimal siswa yang diterima. Terlebih lagi untuk tahun ini kuota dari jalur ini hingga 50%. Bahkan di kampus saya 60%. Jelas suatu misteri dan kekecawaan lah yang muncul dari siswa-siswa sekolah-sekolah pinggiran ataupun anak berbakat yang sekolahnya belum bersinar. Yang ada di benak saya hanyalah anak-anak dari sekolah tertentu lah yang memiliki peluang besar bisa lolos jalur ini.

Yang kedua, SBMPTN. Yaitu tes tulis serentak di seluruh Indonesia. Untuk jalur ini saya rasa kualitasnya bisa teruji lebih baik. Karena apa ? Karena masih ada tes dimana kita mengerjakan soal. Sementara SNMPTN masih sangat abstrak. Namun kekurangannya adalah, tetap saja kita tidak tahu berapa nilai yang kita dapatkan. Yang ada hanyalah nilai-nilai atau passing grade yang dikeluarkan oleh bimbel-bimbel persiapan tes tulis. Coba sekarang bayangkan saga dengan sistem seperti ini peluang untuk memanipulasi sangatlah besar. Kita tidak pernah benar-benar tahu kualitas kita seberapa. Maka alternatif penilaian yang bisa diterima sebagian besar siswa adalah faktor keburuntungan alias luck. Jadi banyak anggapan di sekolah saya "Sudahlah tidak usah repot-repot dan berharap lolos di SNPMTN / udangan. Itu cuman keburuntungan aja. Lebih baik kalian persiapkan mental untuk tes tulis"

Sekarang saya coba bandingkan dengan penerimaan mahasiswa baru di America. Pengalaman saya yang juga pernah mengikuti. Awalnya kita melakukan tes tulis juga. Yang paling umum dipakai adalah SAT atau ACT. Waktu itu saya tes SAT. Ada dua mata pelajaran dasar yang diujikan, Matematika dan Bahasa Inggris (Critical Reading dan Writing). Kita melakukan pembayaran di collegeboard.com kemudian kita mengikuti tes. Pertama hal yang bisa kita pelajari adalah sistem keamanan yang tinggi. Untuk masuk ruangan benar-benar di check identitas. Bahkan saya harus menunggu beberapa saat karena nama saya dengan nama terdaftar ada sedikit berbeda. Yaitu nama tengah saya yang disingkat : Bimly A. Shafara . Karena memang pada saat pendaftaran kita hanya bisa mengisikan middle initial name. Sedangkan di kartu pelajar saya atau KTP saya lengkap. Bimly Akbar Shafara. Ini saja bisa jadi masalah bagi mereka. Selain itu penjagaan didalam ruangan juga benar-benar ketat. Dengan begini kesempatan kecurangan atau perjokian sangatlah kecil dan saya rasa tidak bisa dilakukan.

Transparansi sangat jelas disini. Jadi setelah tes, kita tunggu beberapa minggu barulah nilai kita keluar.Kita tahu berapa nilai kita. Setelah itu dengan nilai itu barulah kita mendaftar ke perguruan tinggi - perguruan tinggi yang ada di sana. Dari collegeboard akan mengirimkan nilai kita ke universitas yang kita tuju. Kita bisa mendaftar di banyak universitas. Cuman mendaftarnya harus bayar. Jadi jika kita punya banyak uang kita bisa mendaftar di berbagai universitas yang kita inginkan.

Intinya adalah Penerimaan Mahasiswa di Indonesia masih sangat tertutup dan "misteri" bagi siswa-siswi. Mereka masih berpikir banyak faktor keberuntugan yang main di sini. Saya cuma berharap untuk kedepannya pemerintah terutama Dikti mampu membuat suatu terobosan kebijakan tentang sistem penerimaan mahasiwa baru agar lebih transparan dan kompeten.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline