Lihat ke Halaman Asli

M.F.A. Bima Sakti

Akademisi, Aktivis Mahasiswa, Digitalpreneur

Puasa Intermiten: Menyatukan Tradisi Kuno dengan Ilmu Modern

Diperbarui: 16 Maret 2024   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

oleh: Bima Sakti

Puasa intermiten, sebuah praktik yang telah dikenal sejak zaman kuno, semakin mendapat perhatian dalam dunia ilmiah modern. Kombinasi antara tradisi kuno dan pengetahuan ilmiah kontemporer telah membawa puasa intermiten ke pusat perhatian sebagai salah satu pendekatan diet yang paling menjanjikan untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia. Artikel ini akan menjelaskan esensi puasa intermiten, bagaimana tradisi kuno dan penelitian ilmiah modern menyatu dalam praktik ini, serta manfaat dan tantangan yang terkait. Puasa intermiten melibatkan siklus periode makan dan puasa yang teratur. Ada beberapa pola puasa intermiten yang umum, termasuk puasa 16/8 (16 jam puasa, 8 jam makan), puasa 5:2 (dua hari puasa dalam seminggu dengan makan normal di hari lain), dan puasa 24 jam (puasa satu atau dua hari dalam seminggu). Tujuannya adalah untuk memberikan istirahat pada sistem pencernaan, meningkatkan sensitivitas insulin, menginduksi ketosis, dan memungkinkan tubuh memperbaiki sel-selnya. 

Praktik puasa intermiten memiliki akar dalam tradisi kuno, termasuk praktik agama dan budaya seperti puasa Ramadan dalam Islam, puasa Yom Kippur dalam Yahudi, dan praktik puasa Buddha. Namun, penelitian ilmiah modern telah memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang mekanisme biologis di balik puasa intermiten dan manfaat kesehatannya. 

Studi ilmiah telah menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan bahkan dapat meningkatkan fungsi kognitif. 

Puasa intermiten telah menarik perhatian karena potensi manfaatnya yang luas bagi kesehatan manusia. Selain penurunan berat badan yang signifikan, puasa intermiten juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi peradangan, meningkatkan fungsi kognitif, dan bahkan memperpanjang umur. Namun, ada juga tantangan yang terkait dengan puasa intermiten, termasuk kemungkinan efek samping seperti kelelahan, gangguan tidur, dan risiko makan berlebihan setelah periode puasa. 

Puasa intermiten merupakan contoh yang menarik dari bagaimana tradisi kuno dan pengetahuan ilmiah modern dapat saling bersinergi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Dengan kombinasi yang tepat antara periode puasa yang terencana dan pola makan yang seimbang, puasa intermiten menawarkan potensi untuk menjadi alat yang kuat dalam mempromosikan kesehatan tubuh dan pikiran yang optimal. Namun, sebelum memulai puasa intermiten, konsultasikan dengan profesional kesehatan Anda untuk memastikan kesesuaian dan keamanannya sesuai dengan kebutuhan individu Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline