Lihat ke Halaman Asli

Ada Apa dengan PSSI ?

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HARAPAN besar para pencandu berat sepak bola Indonesia sedikit terobati ketika berhasil terlaksananya Kongres Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Solo yang menggantikan kegagalan kongres di Jakarta.

Karut-marut kepengurusan PSSI yang menguras banyak energi sedikit terselesaikan dengan ditandai lengsernya Nurdin Halid dan naiknya Djohar Arifin Hussein sebagai ketua umum PSSI yang baru.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, konflik kepentingan dan pengaruh dari pihak ketiga mewarnai sepak terjang para pengurus PSSI terpilih. Di satu sisi ada blok ketua umum yang notebene didukung penuh pengusaha kondang Arifin Panigoro melawan blok La Nyalla Matalitti yang disokong penuh pengusaha terkenal Aburizal Bakrie.

Konflik ini diawali dengan perpindahan kepengelolaan kompetisi yang sebelumnya Indonesia Super League (ISL) menjadi Indonesia Primer League (IPL) di bawah PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Kemudian perubahan hal ini berlanjut pada pergantian hak tayang dari ANTV yang sudah melakukan kontrak untuk beberapa musim tiba-tiba diputus dan digantikan ke grup MNCTV. Pemecatan pelatih kepala Alfreid Riedl juga menjadi bagian dari konflik ini. Jadi betul-betul kelompok Djohar Arifin Hussein ingin membersihkan unsur PSSI dari unsur-unsur Nurdin Halid cs.

Tidak Murni

Konflik pun berlanjut dengan pelanggaran statuta oleh pengurus PSSI dengan tetap melibatkan 24 kontestan IPL yang ditolak sebagian besar pemilik klub. Mereka berpedoman pada hasil kongres di Bali yang memutuskan bahwa jumlah klub peserta tetap 18 klub bukan 24 klub sebagaimana keinginan PSSI. Sedangkan bagi pengurus PSSI, pelibatan enam klub ini adalah hasil rekomendasi AFC.

Berkaca dari konflik berkepanjangan di PSSI, masyarakat sebetulnya sudah tidak lagi berminat menanggapinya karena rupanya PSSI sudah tidak murni lagi memperjuangkan aspirasi rakyat. PSSI sudah ditunggangi kepentingan kelompok-kelompok tertentu.

Hal ini terbukti sudah tidak ada lagi demo-demo dukungan pada salah satu kelompok. Yang ada masyarakat semakin antusias melihat pertandingan kompetisi sepak bola yang sudah bergulir. Dan mereka semakin punya banyak pilihan, mau lihat IPL atau ISL.

Namun, di sisi lain sekali lagi yang dirugikan adalah pemain di mana klubnya bernaung. Jika dia bernaung pada klub yang ikut kompetisi di bawah naungan PSSI, pengalaman bertanding di luar negeri akan banyak karena pasti kompetisi yang diikuti tidak hanya dalam negeri, tapi luar negeri semacam AFC.

Akan tetapi, pemain ini juga akan kekurangan lawan tanding dari klub dalam negeri karena klub-klub yang mengikuti IPL kualitasnya masih di bawah klub-klub yang ikut ISL. Hal ini terbukti dengan banyaknya klub-klub besar yang mengikuti ISL semacam Persipura, Sriwajaya FC, Mitra Kukar, Persija, dan Persib.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline