Lihat ke Halaman Asli

Pergelaran Wayang Kulit : Kritik Seni Wayang sebagai simbol kehidupan

Diperbarui: 30 November 2024   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Wayang (sumber : koleksi pribadi)

Pagelaran Wayang Kulit : Kritik Seni Pergelaran
wayang sebagai simbol Kehidupan


Pagelaran wayang kulit  yang di gelar di desa Semanding desa tawang wates, dalam rangka Pernikahan menghadirkan Dalang Ki Adi Sasongko, dengan bintang tamu Manohara Cs pada hari Selasa (29/10/2024)  yang bertujuan hanya sekedar hiburan semata bagi para
warga, atas pernikahan yang telah terlaksana. Namun juga sebagai sarana pelestarian budaya. Pertunjukan dimulai dengan pembukaan yang megah, di mana Ki Adi Sasongko memperkenalkan lakon yang diangkat, mengisahkan perjuangan tokoh wayang dalam menghadapi berbagai rintangan. Penonton disuguhkan dengan dialog cerdas dan humor segar, membuat suasana semakin hidup. Manohara CS tampil dengan penampilan menarik, meskipun beberapa penonton berharap mereka lebih terintegrasi dalam cerita. Selama pertunjukan, suasana di lokasi sangat meriah. Penonton dari berbagai usia hadir, menunjukkan antusiasme yang tinggi. Momen-momen dramatis berhasil menyentuh emosi penonton, sementara bagian lucu membuat mereka tertawa lepas. Penyampaian Cerita Dalang Ki Adi Sasongko berhasil menyampaikan cerita dengan baik, menggabungkan elemen tradisional dan modern. Alur cerita yang dipilih relevan dengan kondisi sosial saat ini, sehingga mudah dipahami oleh penonton.

Kualitas Pertunjukan Pertunjukan berlangsung selama 3 jam dengan penggunaan teknik pencahayaan yang menarik dan efek suara yang mendukung suasana. Penampilan Manohara CS sebagai bintang tamu menambah daya tarik, meski beberapa penonton merasa penampilan mereka kurang terintegrasi dengan cerita utama. Respons Penonton Penonton terlihat antusias dan terlibat, terutama saat dialog humoris. Namun, ada beberapa momen di mana perhatian penonton mulai menurun, terutama saat bagian yang lebih dramatis. Dari pergelaran wayang kulit tersebut dari aspek Durasi Pertunjukan, Durasi pertunjukan yang cukup panjang bisa menjadi tantangan bagi penonton, terutama anak-anak. Mungkin perlu dipertimbangkan untuk mempersingkat beberapa bagian atau menambahkan jeda. Integrasi Bintang Tamu, Walaupun penampilan Manohara CS menarik, integrasi mereka dalam keseluruhan cerita perlu diperbaiki agar tidak terasa terpisah dari tema utama. Penambahan dialog atau interaksi lebih lanjut dengan karakter utama dapat meningkatkan keselarasan. Aspek Tradisi, Meskipun inovasi penting, beberapa elemen tradisional dalam wayang kulit perlu dijaga agar tidak hilang. Mengedepankan nilai-nilai budaya dalam setiap pertunjukan akan memperkaya pengalaman penonton dan menjaga warisan budaya. Meskipun pagelaran ini berhasil menarik perhatian banyak orang, ada beberapa kritik yang perlu diperhatikan. Pertama, pentingnya melibatkan lebih banyak elemen interaktif dalam pertunjukan agar penonton tidak hanya menjadi penonton pasif. Misalnya, melibatkan penonton dalam dialog atau permainan kecil selama pertunjukan dapat meningkatkan keterlibatan mereka. Kedua, promosi acara seperti ini perlu ditingkatkan agar lebih banyak orang dari luar desa dapat hadir dan menikmati pertunjukan. Hal ini tidak hanya akan memperkenalkan seni wayang kulit kepada masyarakat yang lebih luas tetapi juga mendukung ekonomi lokal melalui peningkatan kunjungandari luar desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline