Lihat ke Halaman Asli

Purwanto (Mas Pung)

Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Masih Pentingkah Pelatihan Literasi Bagi Guru?

Diperbarui: 14 April 2024   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Para Guru SMA BHK Jakarta (dok.pri)

Bulan lalu saya diminta memberikan pelatihan kepada para guru SMA Bunda Hati Kudus Jakarta. Topik yang mereka minta dalami adalah Penguatan Literasi Bagi Para Pendidik.

Muncul sebuah pertanyaan. Apakah kondisi para guru literasinya sudah sangat rendah? Tentu permintaan pelatihan literasi bagi para guru bukan karena literasi guru sudah sedemikian parah. Namun bagaimana guru mempunyai strategi untuk melaksanakan pembelajaran yang memperkuat literasi.

Paling tidak ada tiga area strategi penguatan literasi yang bisa dipraktikkan guru-guru di sekolah dan atau di kelas.
1. Program Ramah Literasi
2. Pembelajaran dalam Kelas
3. Lingkungan Fisik Kaya Teks

  • Program ramah literasi yaitu Program yang menumbuhkan kecintaan murid terhadap kegiatan membaca dan menulis. Guru,  dan terutama pengelola (kepala sekolah dan tim) bisa menyusun program yang mewujudkan ramah literasi, antara lain
    Mendekatkan perpustakaan kepada para siswa. Cara yang bisa dilakukan adalah pustakawan membuat program kegiatan yang meningkatkan gita membaca siswa. Misalnya lomba meresensi buku, pekan literasi dan seterusnya,
    Membentuk klub buku yang menjadi wadah untuk berdiskusi tentang isi buku; Mendesain mading; Mading bisa menjadi media untuk mengekspresikan ide para siswa, meliput kegiatan siswa, memamerkan karya-karya siswa dan sebagainya;Mengundang pembicara tamu menjadi narasumber. Misalnya mengundang penulis;Menyusun karya tulis ilmiah;Pojok baca
  • Area strategi kedua yaitu pembelajaran di kelas.  Guru mendesain pembelajaran di kelas yang memperkuat literasi peserta didik. Perwujudan strategi ini antara lain, Membuat jurnal interaktif. Alat bantu untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap teks (memfasilitasi siswa dalam kelompok); Rumusan kesimpulan. Melatih peserta untuk memilah beberapa kata/kalimat kunci dari teks dan kemudian membuat kesimpulan;Kata kunci. Peserta didik mengumpulkan kata-kata kunci dalam sebuah teks lalu membuat rangkuman;Peserta didik menyusun resensi buku
  • Area strategi yang ketiga yaitu menata lingkungan fisik kaya teks. Lingkungan kelas dan sekolah seperti koridor kelas, anak tangga dan tempat-tempat tertentu didesain dengan teks-teks yang mengedukasi peserta didik.
    Strategi ini dimaksudkan menciptakan lingkungan sekolah dan lingkungan kelas sebagai lingkungan literasi

    Mindset literasi

    Warga sekolah harus mempunyai mindset literasi. Mindset literasi akan membentuk cara bersikap, bertutur kata dan berperilaku yang berorientasi pada penguatan karakter.

  • Membaca adalah kegiatan sangat penting dalam literasi (gerbang literasi) karena membaca adalah  kegiatan mengkonstruksi makna. Bukan sekadar pelafalan tetapi membentuk makna yang tersebunyi dalam kalimat. "Budaya membaca yang kuat adalah satu strategi terbaik dalam mengembangkan literasi dan numerasi siswa"
    Kemampuan membaca dibentuk dengan  terampil mendengarkan/menyimak terlebih dahulu. Ketika seseorang bicara sesungguhnya ia mengungkapkan gagasan. Ia mengembangkan kemampuan nalarnya dalam mengaitkan bacaan dengan diri dan lingkungan sekitarnya. Jadi literasi itu tidak sekadar bisa membaca.
    Karena didalam literasi terdapat beberapa kompetensi pembentuk yaitu kompetensi memahami, kompetensi menggunakan kata/kalimat secara tepat dan benar, kompetensi merefleksikan dan mengevaluasi.
    Banyak orang bisa membaca tetapi tidak mampu menggunakan isi yang dibaca, tidak mampu merefleksikan dan mengevaluasi dalam kehidupan sehari hari. Perilaku yang mudah dilihat orang yang bisa membaca namun tidak mampu memahami dan merefleksikan yaitu orang yang mudah terprovokasi oleh berita bohong (hoax)

    Penguatan literasi ini sangat penting untuk para siswa. Benar bahwa guru harus lebih dahulu memahami, menggunakan dalam pembentukan kata dan kalimat yang tepat dan benar, merefleksikan dan mengevaluasi agar setiap tutur kata pembelajarannya menjadi bermakna.

    Foto. Kenangan Buku karya narsum kepada Kepala SMA BHK (Dok.pri)

    Menutup refleksi singkat baik kita renungkan ungkapan Socrates terkait dengan literasi. "Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dijalani" Sebuah pertanyaan reflektif, "Bagaimana saya akan mempunyai kemampuan refleksi yang baik kalau saya sendiri tidak senang membaca?" Banyaklah membaca maka Anda akan bisa lebih baik dalam merefleksikan, dan pengajaran Anda akan menjadi makin bermakna. Tentu ini akan makin menarik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline