Lihat ke Halaman Asli

Purwanto (Mas Pung)

Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Manusia itu Cenderung Berkompetisi atau Berkontribusi

Diperbarui: 30 Januari 2023   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi. Sejatinya kodrat manusia itu untuk berkontribusi, bukan kompetisi (Sumber gamabar: http://www.sinodegmih.com/)

 Mengawali pembahasan topik Hak Asasi Manusia, saya  melontarkan satu pertanyaan pemantik untuk para peserta didik. "Manusia itu cenderung berkompetisi atau kontribus?" Satu per satu pesert didik mengutarakan pendapatnya.

Saya merasa asik. Jawaban peserta didik 52 % menjawab berkontribusi. Sedangkan 48 % menjawab hidup ini cenderung berkompetisi

Mereka yang menjawab hidup cenderung kompetisi punya alasan orang punya ambisi untuk sukses. Ambisi itu kemudian mendorong seseorang untuk berkompetisi. Secara naluriah manusia ingin  menjadi nomor satu. Pada saat ia ingin menjadi nomor 1, pada saat itu juga ia merasa harus mengalahkan yang lain.

Kompetisi dalam arti mendorong seseorang meraih hasil nonor satu, tentu saja sangat positif. Sisi negative dari kompetisi adalah seseorang berpotensi jatuh pada upaya mengalahkan atau menjatuhkan orang lain dengan menggunakan cara yang tidak elok.

Tonya Harding, atlit putri  skating  tunggal paling kontroversial. Pada tahun 1990 dan 1991, ia berada di urutan kedua kejuaraan dunia. Ia seorang atlit yang sangat berbakat dan punya potensi menjadi yang terbaik di dunia. Namun, ambisi dan kedengkiannya membuat dirinya bertindak irasional. Ia menyuruh suaminya melukai kaki pesaing utamanya Nancy Keerigan dan menyuruh saudaranya menyerangnya.

Ilustrasi gambar. Bocah 8 tahun asal NTT  juara dunia matematika (sumber: https://www.tribunnews.com/)

Perilaku kompetisi ada hampir pada semua bidang kehidupan. Bidang perekomonmian, sosial, dan termasuk bidang keagamaan. Ini tentu sangat aneh.

Mereka yang mengikuti aliran ini selalu menjadikan alasan bahwa kompetisi akan membuat seseorang mengeluarkan potensi terbaiknya. Prestasi terbaik diraih karena semangat berkompetisi.

Kompetisi pun terjadi di dalam kelas. Diantara para pelajar dan mahasiswa. Peserta didik berlomba-lomba meraih akumulasi nilai tertinggi di dalam kelasnya. Terlebih Ketika peraih nilai teritnggi mendapatkan reward. Motivasi meraih penghargaan (reward) menjadi power pendorong dalam berkompetisi.

Ada alternatif lain yang menurut refleksi kami (saya dan peserta didik) sikap yang harus menjadi dasar perilaku setiap orang (peserta didik) yaitu kontribusi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline