Jumat, 20 Januari 2023, saya mendapat kunjungan tamu praktisi pendidikan. Seorang anggata DPRD Jawa Timur, Bp. Yordan . M. Batara Goa. Beliau juga dosen, dan pengurus Yayasan persekolahan Kristen di Surabaya. "Bagaimana Bapak melaksanakan Pendidikan karakter di sekolah?" pertanyaan yang jamak ditanyakan setiap saya mendapatkan tamu yang ingin belajar bersama soal praktik baik pengembangan karakter siswa. Pertanyaannya adalah karakter itu sifat dasar (bawaan) atau hasil dari pengasuhan?
Seorang penulis biografi dan esai dari Yunani (46 SM), Plutarch dalam esainya yang berjudul "On Education" menceritakan kisah berikut ini untuk menjawab pertanyaan itu. Ia menceritakan kisah tentang legislator Sparta bernama Lycurgus. Lycurgus mengambil dua anak anjing dari induk yang sama dan dibesarkan dengan cara yang berberda.
Satu anak anjing dia manjakan. Setiap pagi disediakan makanan dalam piring. Sedangkan anak anjing kedua dilatih menjadi binatang buruan yang pintar. Setiap kali mau makan, anak anjing ini harus berjuang mengatasi rintangan-rintangan untuk mendapatkan makanan.
Beberapa bulan kemudian Plutarch menunjukkan betapa besar pengaruh kebiasaan, pendidikan dan pelatihan. Dia membawa ke luar dua anak anjingnya dan menaruh sepiring makanan yang isinya daging dan seekor kelinci. Anak anjing pertama langsung mendekati piring makanan sedangkan anak anjing kedua berlari mengejar kelinci.
Dari cerita ini Plutarch menyampaikan pesan moralnya: anak anak anjing dari induk yang sama ketika dibesarkan dengan cara yang berbeda, akan menghasilkan sifat/kecenderugnan dominan yang berbeda. Manusia sama saja, kata Plutarch: Pendidikan adalah, dan harus menjadi pembentuk utama karakter (The Greatest on Leadership, hal 179)
Keyakinan bahwa karakter bukan faktor genetik (bawaan) melainkan hasil pengasuhan menjadi dasar praktik pendidikan karakter di sekolah. Angela Duckworth menguraikan tesis ini secara gamblang dalam buku yang sangat terkenal, Grit:Kekuatan Passion + Kegigihan.
Lalu pengasuhan seperti apa yang bisa dipraktikkan untuk mengembangkan pendidikan karakter? James Clear dalam bukunya Atomic Habits menawarkan sebuah pendekatan pembiasaan yang bisa membantu sekolah untuk melaksanakan Pendidikan karakter.
SMA Cinta Kasih Tzu Chi memiliki model pembiasaan pendidikan karakter terintegrasi dan menjadi bagian pembelajaran setiap hari. Misalnya kami setiap pagi melakukan pembiasaan kerapihan, kesantunan, kebersihan, keramahtamahan dan kesopanan (5 K). Untuk membiasakan kerapihan, semua siswa menggunakan seragam sekolah yang sama, peserta didik puteri rambut dikepang, dan laki-laki rambut pendek rapi. Saya yakin semua sekolah punya kebiasaan ini.
Sebelum memulai pelajaran, kami punya kebiasaan berbaris di depan kelas. Guru jam pertama memeriksa kerapihan siswa, lalu yang rapi boleh masuk kelas setelah menyebutkan satu kata bahasa Inggris dan Mandarin (spelling bee hari sebelumnya), kemudian dilanjutkan doa pembuka, menyanyikan lagu Idonesia Raya, dilanjutkan dengan silent sitting, kata perenungan dan spelling bee.