Lihat ke Halaman Asli

Purwanto (Mas Pung)

Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Pesan Mulia di Balik Krisis Pandemi Covid-19: Hiduplah Sederhana

Diperbarui: 29 April 2020   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jane Goodall (Sumber:https://science.howstuffworks.com/)

Siapa yang berharap petaka? Tidak ada satu orang pun yang berharap bencana atau krisis dalam hidupnya, apalagi merancangnya. Tetapi sering tidak disadari setiap perilaku manusia sesungguhnya membawa konsekuensi dalam dalam hidupnya. Ketidaksadaran akan hal seperti inilah yang kerap menyebabkan bencana atau petaka dalam kehidupan.

Manusia sejatinya hidup tercipta untuk hidup bersama (live together; atau live with). Ini membawa konsekuensi langsung setiap tindakannya bahkan ketika masih dipikirkan selalu berhubungan (terkoneksi) dengan dunia diluar dirinya-bisa manusia lain atau alam fisik lain. Dengan pemahaman seperti ini, setiap tindakan manusia berdampak atau membawa konsekuensi mengenai dunia luar dirinya.

Tindakan positif akan berdampak pada penciptaan dunia yang lebih baik. Tindakan negatif akan membawa konsekuensi negatif pada dunianya. Berdasarkan pada pemahaman ini saya setuju dengan pendapat Primatolog Inggris Jane Goodall bahwa pandemi coronavirus disebabkan oleh pengabaian manusia terhadap alam dan rasa tidak hormat terhadap hewan.

Pendapat senada disampaikan oleh tokoh agama Gereja Katolik Indonesia, Prof. Dr. Kardinal Ignatius Suharyo, "Kondisi yang dialami manusia saat ini tidak terlepas dari perilaku yang penuh dengan kesombongan dan keserakahan melalui tindakan perusakan alam"

Pesan Mengubah Pola Hidup Menjadi Sederhana

Memang banyak sekali pendapat soal penyebab pandemi corona. Bagi saya dua pendapat di atas menjadi pengingat yang sangat serius agar kita mengubah pola hidup menjadi hidup sederhana.

Rasa tidak hormat terhadap alam dan hewan adalah bentuk kelihatan dari kesombongan dan keserakahan manusia. Tindakan yang kemudian menyebabkan ketidakseimbangan dalam semesta ini, sehingga berbagai petaka hadir menimpa manusia-salah satunya adalah pandemi corona-sesuungguhnya konsekuensi dari tindakan manusia.

Alam semesta saat ini sungguh sakit kronis. Apakah hal ini tidak membuat kita sadar diri untuk berbalik kepada fitrah yang adalah manusia mulia untuk hidup dalam kesederhaan atau keseimbangan dalam semua hal.

Semua agama mengajarkan betapa manusia sejatinya harus hidup dalam kesederhanaan. Yang saya maksudkan hidup sederhana adalah hidup dalam keseimbangan. Sederhananya dalam masyarakat modern seperti sekarang, ketika kesombongan dan keserakahan dibungkus secara apik dalam 3 F ( Fun, Food dan Fashion), dalam ketiga F itu kit aharuas seimbang. Misalnya fun (kesenangan) tidak dilarang manusia senang tetapi kesenangan yang seimbang dalam porsi, tempat, waktu dan lingkungan.

Demikian juga dengan makan dan fashion. Bukan karena kita mampu secara ekonomi lalu kita membepanjkan makanan dengan berlebihan demi kesenangan dan gaya hidup (fashion) Mohon maaf, acara televisi yang menampilkan kenikmatan makanan (daging) sampai berlebihan adalah tindakan yang tidak hormat terhadap hewan.

Semua agama mengajarkan agar manusia hidup sederhana karena itu adalah kesejatian manusia. Dalam agama Islam kita  mengenal Washathiyah sebagai pola hidup sederhana atau seimbang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline