Lihat ke Halaman Asli

Purwanto (Mas Pung)

Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Menyasar Pesan di Balik Pandemi Covid 19: Manusia Harus Merekonstruksi Pola Hidup

Diperbarui: 13 April 2020   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Tirto.id

Merebaknya pandemi Covid 19 telah "memaksa" manusia mengubah perilaku sosial. Dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid 19, saat ini semua orang harus menjaga jarak, dan mengerjakan pekerjaannya dari rumah. 

Termasuk didalanya adalah aktivitas pembelajaran, home learning. Hari hari itu saya terus disadarkan terhadap pentingnya manusia harus belajar mengubah hidup menjadi lebih baik. Nampaknya mengubah hidup menjadi lebih baik pun terasa belum cukup. Saya "meyakini" pasca Covid 19 akan ada era baru.

Ibarat perjalanan bangsa Israel dalam kisah perjanjian lama menuju tanah terjanji. Mereka yang masuk tanah terjanji adalah generasi yang betul betul baru. Pola berpikir dan bertindak yang baru. Masyarakat baru. Umat baru. Pertanyaan yang menggaung dibenak saya "Masyarakat seperti apa pasca Covid 19?"

Gbr: Preetha Krishna (Sumber:Wikimedia Commons)

Merekonstruksi Pola Hidup

Ketika pandemi Covid 19 menimpa masyarakat kota Wuhan, manusia dibelahan bumi lain termasuk Indonesia seperti tidak tergerak untuk mengubah kebiasaan hidup alias "tenang wae" Bahkan ada sekelompok orang yang berujar "percaya saja kepada Tuhan". Setelah apa yang jauh menimpa diri sendiri barulah merespon dengan merubah perilaku.

Sekarang tidak ada orang yang bisa bebas dari ancaman Covid 19. Sebagai mahkluk yang dikaruniai akal budi, kita bisa menyasar lebih dalam pesan yang dibawa oleh peristiwa ini. Pesan ini saya tangkap dari ujaran orang-orang bijak. Saya bisa sebut yang berjodoh dengan saya  antara lain Preeta Krishna dan Uskup Jakarta Prof. Dr. Kardinal Ignatius Suharyo.

Preetha Krishna, Filsuf India menyatakan dengan tegas " Alam akan MENGELIMINASI mahkluk yang tidak memberikan manfaat bagi keseluruhan". Bagi saya ini sangat serius. Dan ini sungguh membuat saya tidak bisa tenang.

Dengan nada yang lebih halus pesan tersebut disampaikan oleh Uskup Jakarta Prof. Dr. Kardinal Ignatius Suharyo pada saat merayakan Paskah 2020.

Beliau mengatakan dengan cukup hati hati bahwa Covid 19 merupakan akibat dari kesombongan dan ketamakan manusia yang merusak alam sehingga alam dengan caranya mencari keseimbangan. Karena kondisi kerapuhan daya tahan manusia maka pandemi Covid 19 menelan korban.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh manusia? Inilah pertanyaan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan mentaati PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)

Gbr: Prof. Dr. Kardinal Ignatius Suharyo (Sumber Galamedianews)

Preetha Krishna tegas menyatakan manusia harus membentuk ulang hidupnya menjadi BERMANFAAT untuk keseluruhan. Ini artinya sangat jelas. Kita masing-masing harus menempatkan diri menjadi bagian orang lain yang lebih luas (keseluruhan) dan bermanfaat bagi alam semesta (manusia dan mahkluk lain). Yang tidak bermanfaat akan tereliminasi oleh semesta.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline