Lihat ke Halaman Asli

Purwanto (Mas Pung)

Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Di Manakah Efektivitas Pembiasaan Dalam Membentuk Karakter Siswa?

Diperbarui: 6 November 2019   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pri

Saya akan mengawali pembahasan ini dengan cerita sebuah kejadian yang membuat saya geli. Seorang yang menjabat pimpinan di lembaga pendidikan, dengan ekspresi wajah masam teriak teriak memanggil salah seorang guru coordinator. Ia marah pasalnya ada beberapa siswa tidak rapi (tidak sempurna) dalam berpakaian. Kata-kata dengan emosi kemarahan keluar bagai ratusan anak panah lepas dari busurnya. Melihat kejadian itu saya merasa geli karena hal yang sederhana direaksi dengan sangat ekstrem. Apa yang ditampilkan dengan kemarahan itu menunjukkan keaslian diri yang bersangkutan. Beliau merasa para siswa yang tidak rapi itu adalah petunjuk adanya pembiaran; lemahnya penegakan kedisiplinan. Lebih parah lagi hal itu digunakan utuk menarik kesimpulan guru dan coordinator kedisiplinan tidak bekerja.

Renungan Cara Berpikir Linear

Setiap sekolah dan lembaga apa saja yang mengelola manusia agar menjadi lebih baik memiliki kegiatan pembiasaan. Pembiasaan itu kegiatan yang dilakukan berulang kali agar membentuk karakter. Program pembiasaan menjadi bagian penting dalam kurikulum 2013 karena menjadi upaya untuk mencapai kompetensi inti. Bahkan pembiasaan  menjadi bagian integral dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik didalam kelas maupun di luar kelas. Salah satu nilai yang dihidupi sekolah adalah nilai kerapihan berpakaian. Mengapa pembiasaan tidak selalu berhasil -dan dalam kasus di atas adalah beberapa siswa tidak rapi dalam berpakaian? Menjawab pertanyaan ini kita harus terus menyempurnakan pengetahuan kita mengenai pembiasaan dan cara-cara yang bisa digunakan dan konsep yang mendasari pembiasaan. Agar semua pelaku yang terlibat dalam membangun pembiasaan memiliki frekuensi yang sama, salah satu yang harus disamakan adalah konsep yang mendasari. Atau dengan kata lain cara berpikir yang harus disamakan. Pemimpin yang marah-marah tadi  melihat pembiasaan kerapihan berpakaian dengan berpikir linear. Ia melihat pembiasaan itu harus kelihatan hasilnya dalam beberapa waktu. Cara berpikir ini fokus pada hasil. Ketika hasilnya tidak kelihatan ia frustasi dan merasa sia-sia. Parahnya, ia merasa para guru tidak lagi  memperhatikan kerapihan siswa. Padahal perubahan yang dibentuk oleh kebiasaan terjadi sangat lamban, bertahap dan kecil. Ini adalah substansi pembiasaan. Orang yang berpikir linear tidak sabar melihat hasil yang lamban. Kita harus melihat pembiasaan dengan cara berpikir sistemik, bahwa perbaikan yang dibentuk oleh kebiasaan itu terjadi dalam waktu yang lama, membutuhkan kesabaran dan berproses secara evolutive bukan revolutif. Karena itu yang sangat penting bukan fokus pada hasil saat ini tetapi pada arah yang mau dituju. Selama arah yang mau dituju itu benar, dan sistem (perangkat) yang terlibat semua berproses secara konsisten maka kita tidak perlu frustasi atau marah. Dalam soal kerapihan berpakaian, hanya perlu kembali diingatkan lagi.

Penutup

Kegiatan apa pun yang dilakukan sebagai pembiasaan disekolah atau dikantor Anda, lakukan secara konsisten. Jangan menyerah hanya karena hasilnya tidak kelihatan. Perubahan yang baik kedati kecil yang dilakukan setiap hari akan berdampak luar biasa bagi kesuksesan. Silakan mengevaluasi (melihat kembali) kegiatan pembiasaan yang Anda lakukan di tempat kerja Anda. Berpikirlah sistemik, dan fokuslah pada arah yang ingin Anda capai. Niscaya Anda akan mendapatkan energi besar untuk terus menerus melakukan kebiasaan itu kendati hasilnya belum tampak. Anda akan memiliki keyakinan kuat bahwa kebiasaan yang baik kendati kecil dan tidak tampak akan berdampak pada kemajuan besar. Kita seperti sekarang ini adalah hasil dari kebiasaan yang kita lakukan bertahun tahun sebelumnya. Ubahlah cara berpikir Anda terhadap kebiasaan maka Anda akan mengalami perubahan itu sendiri. (Purwanto-Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline