Lihat ke Halaman Asli

Purwanto (Mas Pung)

Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Rekoleksi Pengajar KS-K3S KAJ, Tiga Pilar Menjadi Pengajar Bahagia

Diperbarui: 25 Juli 2018   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peserta Rekoksi Para Pengajar dan Calon Pengajar

"Beruntung dan Kagum" Dua gambaran perasaan saya sejak "diijinkan" bergabung masuk dalam komunitas K3S KAJ. Beruntung karena saya bisa menjadi bagian dari para pribadi pembejalar yang yang hebat karena kerendahan hatinya. Diukur dari kompetensi, tentu saya tidak kualified. Kagum karena setiap kali mengikuti kegiatan  yang dilaksanakan oleh tim baik "Hari Studi" maupun rekoleksi saya selalu memperoleh sentuhan rohani yang memotivasi dan menginspirasi hidup. Saya merasa dibawa ke tempat yang lebih dalam. Seperti rekoleksi yang baru saja dilaksanakan di Wisma Samadi, 21 Juli 2018.

Didorong oleh "keberuntungan dan kekaguman itu" saya ingin sharing mengenai apa yang saya peroleh pada saat rekoleksi lalu.

Rekoleksi yang dibawakan oleh RD. Josep Susanto Pr. memberi bekal kepada saya sebagai orang Katolik bagaimana saya harus menghidupi kemuridan saya. Sebagai (calon) pengajar bagi saya RD Josep Susanto Pr. memberi wasiat tiga pilar menjadi pengajar yang bahagia. Tiga pilar tersebut seabgai spiritualitas (calon) pengajar harus saya hidupi dan kobarkan terus menerus.  Tiga pilar itu adalah; Rekonsiliasi, semangat terus belajar dan Open Minded.

Rekonsiliasi. 

Rekonsiliasi saya artikan sebagai sikap batin pemaafan dan penerimaan atas segala kekurangan dalam diri sendiri maupun orang lain. Ketika saya sudah bisa rekonsiliasi baik dengan diri sendiri maupun terkait dengan orang lain, maka saya akan bahagia dengan pelayanan saya, apapun keadaannya. Proses rekonsiliasi ini memang tidak mudah dan tidak terlihat. Tapi pribadi yang telah "terekonsiliasi" tampak sebagai pribadi yang nyaman bagi orang lain. Contoh RD. Romanus Heri Santoso. Pr. Siapapun akan merasa nyaman didekat beliau.

Semangat Belajar Terus Menerus

Semangat belajar terus menerus adalah wujud dari kerendahan hati. Pribadi ini mau berproses, kendati dalam proses itu ia mengalami kebingungan, tapi toh ia tetap percaya bahwa dalam proses itu Tuhan membentuk dan menuntun dirinya. Sosok Bapa Abraham yang pergi meninggalkan kampung halamannya menuju "tempat" yang dijanjikan Alllah, kendati ia tidak tahu apa yang bakalan terjadi, merupakan gambaran sempurna dari semangat belajar terus menerus.

Kerelaan dibentuk dalam sebuah proses membutuhkan kerelaan berkorban. Mau mengorbankan ego, cara pandang pribadi, dan bahkan mau meninggalkan kenikmatan-kenikmatan diri. Tanpa kerelaan berkorban, tampaknya semangat belajar terus menerus hanya menjadi kalimat bijak yang dipajang di gerbong kereta api yang akan dimusnakan.

Open Minded

Pikiran yang terbuka (open minded) sesunggunya sisi lain dari semangat belajar terus menerus. Saya merasakan penegas yang cukup kuat pada open minded ini sebagai sikap "Memandang Orang Lain itu (lebih) Penting" dibanding dirinya sendiri. Karena itulah ia akan menjadi pribadi yang lebih suka mendengarkan orang lain. Barangkali nasihat Paulus ini bisa memberi arti open minded : "Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat." (Rom 12:10) Dalam bahasa Romo Robby Wowor "menjadi pelayan yang mau berubah, tidak konservatif, dan tidak merasa paling benar"

Activity group Memilah benih berbeda

Penutup
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline